Menu

Dark Mode
Dua Pelaku Pelecehan Seksual Anak Disabilitas di Jakarta Timur Ditangkap Polisi

Internasional

Israel Tunda Pembebasan Palestina, Hamas Kecam Pelanggaran Kesepakatan

Perbesar

Pasukan Hamas Palestina Kecam Penundaan Pembebasan Sandera

Karya Indonesia – Israel masih belum membebaskan 620 tahanan Palestina yang seharusnya dilepaskan sebagai bagian dari pertukaran tawanan tahap ke-7 sesuai kesepakatan gencatan senjata dari yang disepakati kedua belah pihak di Jalur Gaza.

Penundaan ini terjadi meskipun kelompok perlawanan Hamas Palestina telah membebaskan enam warga Israel yang disandera, termasuk menyerahkan jenazah empat korban yang tewas dalam serangan 7 Oktober 2023.

Namun, proses pembebasan sandera warga Palestina ini mengalami hambatan signifikan setelah Israel menuduh Hamas melakukan “pelanggaran” dalam penyerahan jenazah. Berikut adalah rangkuman perkembangan terbaru terkait insiden ini dan dampaknya terhadap upaya perdamaian.

Hamas Tegaskan Tidak Lanjutkan Gencatan Senjata Sebelum Israel Bebaskan 602 Tahanan Palestina

Kontroversi Penyerahan Jenazah oleh Hamas
Pada Kamis (20/2/25), Israel menerima empat jenazah dari Hamas sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera Palestina. Namun, Institut Forensik Israel kemudian mengonfirmasi bahwa salah satu jenazah yang diterima bukanlah Shiri Bibas, melainkan seorang wanita Palestina. Sementara itu, tiga jenazah lainnya—Oded Lifshitz, Kfir Bibas, dan Ariel Bibas—teridentifikasi sesuai dengan kesepakatan.

Hamas akhirnya menyerahkan jenazah Shiri Bibas pada Jumat (21/2), yang kemudian diverifikasi oleh badan forensik Israel. Meski demikian, Israel tetap menunda pembebasan tahanan Palestina yang dijadwalkan pada Sabtu malam.

Alasan Israel Menunda Pembebasan Tahanan
Israel menyatakan bahwa penundaan ini dilakukan karena mereka ingin pembebasan sandera berikutnya dilakukan tanpa “upacara yang merendahkan martabat.” Mereka menuding Hamas menggunakan momen pembebasan sandera untuk tujuan propaganda, yang dianggap tidak sesuai dengan semangat kesepakatan.

Namun, Hamas membantah tuduhan tersebut dan menuduh Israel sengaja mencari-cari alasan untuk menghindari kewajibannya. Seorang pemimpin Hamas mengecam tindakan Israel dengan mengatakan, “Penghinaan sesungguhnya adalah perlakuan terhadap tahanan Palestina dalam proses pembebasan mereka, yang kerap melibatkan penyiksaan, pemukulan, dan penghinaan yang disengaja hingga saat-saat terakhir.”

Protes Keluarga Korban terhadap Netanyahu
Keluarga Shiri Bibas juga menunjukkan ketidakpuasan terhadap pemerintah Israel. Mereka menolak kehadiran pejabat pemerintah, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dalam pemakaman Shiri dan dua anaknya.

Menurut media Israel, kerabat Bibas menuduh Netanyahu gagal melindungi para sandera dan tidak berhasil memulangkan mereka dalam keadaan hidup. Forum Sandera dan Keluarga Hilang Israel menyatakan bahwa keluarga Bibas belum menerima informasi resmi dari pemerintah tentang penyebab kematian Shiri dan kedua anaknya.

Pascal Struijk Pertimbangkan Naturalisasi untuk Perkuat Timnas Indonesia

Kritik dari Partai Oposisi Israel
Penundaan pembebasan tahanan Palestina juga menuai kritik dari partai oposisi di Israel. Yair Golan, pemimpin Partai Demokrat Israel, menyalahkan Netanyahu atas pelanggaran kesepakatan gencatan senjata.

“Netanyahu memerintahkan penundaan pembebasan tahanan, yang jelas-jelas melanggar perjanjian… seperti telah kami peringatkan,” kata Golan dalam sebuah pernyataan di platform X. Ia menambahkan bahwa Netanyahu tidak akan dibiarkan terus menjabat “dengan mengorbankan saudara-saudara kita.”

Dampak pada Proses Perdamaian
Penundaan pembebasan tahanan Palestina ini semakin memperuncing ketegangan antara Israel dan Hamas. Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan melanjutkan pembicaraan lebih lanjut terkait beberapa langkah-langkah demi terciptanya gencatan senjata selanjutnya sampai Israel dapat memenuhi seluruh komitmennya.

Situasi ini menunjukkan betapa rapuhnya hubungan antara kedua belah pihak dan pentingnya peran mediator internasional untuk memastikan implementasi kesepakatan secara adil. Jika Israel tidak segera bertindak sesuai komitmen, proses perdamaian di Jalur Gaza dikhawatirkan akan semakin tersendat, memperburuk penderitaan warga sipil di kedua belah pihak.

Harapan untuk Solusi Damai
Dalam kondisi seperti ini, dunia internasional diharapkan dapat berperan aktif untuk mendorong dialog damai dan memastikan hak asasi manusia di kedua belah pihak tetap terjaga. Bagi rakyat Palestina, pembebasan tahanan adalah simbol perjuangan mereka, sementara bagi Israel, keamanan nasional tetap menjadi prioritas utama.

Sehingga tidak adanya kesepakatan nyata antara Palestina dan Israel dalam mengupayakan gencatan senjata maka akan sangat sulit untuk mewujudkan perdamaian antara kedua negara yang menjadi harapan seluruh negara termasuk negara kesatuan republik Indonesia yang sangat mendukung dan mendorong penuh gencatan senjata Palestina dan Israel. Presiden Prabowo Subianto akan terus berupaya membantu mewujudkan kemerdekaan negara Palestina

Facebook Comments Box

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Presiden Prabowo Kutuk Serangan Teroris di Kashmir, Tegaskan Penolakan terhadap Segala Bentuk Terorisme

25 April 2025 - 11:48 WIB

Harga Emas Antam Tmbus 2 Juta Perhari Ini, Diprediksi Akhir Tahun Tembus 2,3 Juta!

22 April 2025 - 19:57 WIB

Sugiono dan Menlu AS Marco Rubio Sepakat Perkuat Kemitraan Strategis Bilateral

17 April 2025 - 16:07 WIB

Presiden Prabowo Ungkap Kekaguman Terhadap Tokoh Besar Turki

11 April 2025 - 13:01 WIB

Indonesia – Turki Sepakat Bela Palestina dan Bangun Kembali Gaza

11 April 2025 - 12:15 WIB

Trending on Internasional