Karya Indonesia – Kabar pemecatan Indra Sjafri dari kursi pelatih Timnas U-20 Indonesia menuai perhatian luas, tak terkecuali dari publik Vietnam. Media dan penggemar sepak bola di negara tersebut menyoroti reaksi masyarakat Indonesia pasca tersingkirnya skuad muda Garuda dari Piala Asia U-20 2025 dengan hasil yang mengecewakan.
Indra Sjafri, yang sebelumnya dipercaya untuk memimpin Timnas U-20 Indonesia, gagal membawa tim melaju ke Piala Dunia U-20 setelah hanya mengumpulkan satu poin dari tiga pertandingan di fase grup.
Skuad Garuda Muda berada di Grup C bersama Iran, Uzbekistan, dan Yaman. Dua kekalahan telak diderita Indonesia, yakni saat kalah 0-3 dari Iran dan 1-3 dari Uzbekistan. Satu-satunya poin diraih dari hasil imbang tanpa gol melawan Yaman.
Liverpool Tundukkan Manchester City, Mohamed Salah Pecahkan Rekor Legendaris
Keputusan PSSI untuk mencopot Indra Sjafri diumumkan secara resmi melalui laman resminya. Dalam pernyataan tersebut, PSSI menyebut bahwa keputusan ini diambil sebagai konsekuensi atas kegagalan mencapai target lolos ke Piala Dunia U-20.
“Keputusan tersebut diambil PSSI menyusul pernyataan pelatih berusia 62 tahun yang siap bertanggung jawab dan bersedia menerima konsekuensi usai kegagalan mencapai target ke Piala Dunia U-20, karena tersingkir di fase grup saat berlaga di Piala Asia U-20 2025,” tulis pernyataan resmi PSSI.
Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, menegaskan bahwa pemecatan Indra Sjafri merupakan hasil evaluasi menyeluruh yang dilakukan oleh federasi. Menurutnya, langkah ini diambil demi menjaga kesinambungan perkembangan sepak bola Indonesia, khususnya di level usia muda.
Respons Publik Vietnam
Di Vietnam, sorotan media lokal tertuju pada bagaimana tekanan dari masyarakat Indonesia akhirnya berbuah tindakan nyata dari PSSI. Beberapa media Vietnam menyoroti bahwa tuntutan pencopotan Indra Sjafri sudah bergema sejak awal turnamen, terutama setelah performa buruk tim di dua laga pembuka.
“Di Indonesia, suara protes dari fans sepak bola sangat kuat. Mereka tidak segan-segan menuntut perubahan ketika hasil di lapangan tidak sesuai harapan,” tulis salah satu media Vietnam dalam artikelnya.
Media tersebut juga menyoroti bahwa tindakan PSSI mencerminkan respons cepat terhadap aspirasi publik, sesuatu yang jarang terjadi di beberapa negara lain. “PSSI tampaknya mendengarkan suara masyarakat. Ini adalah langkah yang menunjukkan komitmen federasi untuk memperbaiki kinerja tim nasional,” lanjut artikel itu.
Tanggung Jawab dan Evaluasi
Indra Sjafri sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk bertanggung jawab atas hasil buruk yang diraih tim asuhannya. Pelatih kelahiran 1963 ini mengakui bahwa target yang diberikan PSSI tidak tercapai, sehingga ia menerima keputusan pencopotan dengan lapang dada.
Namun, pemecatan ini juga memunculkan diskusi lebih luas tentang arah pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia. Banyak pihak berharap PSSI tidak hanya fokus pada pergantian pelatih, tetapi juga melakukan reformasi menyeluruh dalam sistem pengembangan pemain muda.
Langkah ke Depan
Pasca-pemecatan Indra Sjafri, PSSI kini dihadapkan pada tantangan untuk mencari sosok pelatih baru yang mampu membawa Timnas U-20 Indonesia meraih prestasi lebih baik di masa mendatang. Nama-nama calon pelatih mulai bermunculan, termasuk kemungkinan penunjukan pelatih asing yang dinilai memiliki pengalaman lebih matang di level internasional.
Sementara itu, masyarakat Indonesia berharap keputusan ini menjadi momentum bagi perbaikan sepak bola nasional. Dengan dukungan penuh dari semua pihak, diharapkan Timnas U-20 dapat bangkit dan kembali bersaing di kancah internasional pada kesempatan berikutnya.
Bagi Vietnam, sorotan terhadap kasus ini juga menjadi cerminan pentingnya hubungan antara federasi sepak bola, pelatih, dan suporter dalam membangun fondasi kuat untuk masa depan olahraga tersebut.