Karya Indonesia – Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump menyatakan dukungan penuh terhadap keputusan Israel menunda pembebasan 620 tahanan Palestina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, dalam pernyataannya pada Senin (24/2/2025), mengungkapkan bahwa langkah ini dinilai sebagai respons yang pantas atas perlakuan Hamas terhadap sandera Israel.
“Menunda pembebasan tahanan warga Palestina adalah sebuah respons yang pantas pada Hamas atas perlakuan mereka terhadap sandera warga Israel,” kata Hughes, seperti dikutip dari Anadolu.
Hamas Tegaskan Tidak Lanjutkan Gencatan Senjata Sebelum Israel Bebaskan 602 Tahanan Palestina
Hughes menambahkan bahwa Presiden Donald Trump siap mendukung Israel dalam setiap tindakan yang dipilihnya terkait Hamas. Dukungan ini diberikan lantaran AS menilai kelompok Hamas telah memperlakukan sandera Israel dengan cara yang barbar dan tidak manusiawi.
Penundaan Pembebasan Tahanan: Netanyahu Bereaksi Keras
Keputusan penundaan pembebasan tahanan Palestina ini diumumkan oleh kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Penundaan dilakukan sebagai bentuk protes terhadap upacara serah terima sandera yang digelar Hamas di Gaza akhir pekan lalu. Upacara tersebut dinilai “merendahkan martabat” karena melibatkan sandera Israel di atas panggung yang disaksikan publik.
Dalam salah satu insiden yang memicu kemarahan Israel, seorang tentara Israel terlihat mencium kepala dua pejuang Hamas selama acara seremonial tersebut. Pemerintah Israel mengecam keras ritual ini, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
“Pembebasan lebih dari 600 tahanan Palestina yang semula dijadwalkan akan dilakukan kemarin ditangguhkan sementara,” ungkap sumber terdekat Netanyahu.
Hingga saat ini, belum ada kejelasan sampai kapan penundaan ini akan berlangsung. Namun, Dinas Penjara Israel menyatakan mereka belum menerima instruksi resmi dari pemerintah untuk melanjutkan proses pembebasan.
Menurut informasi yang beredar, penundaan akan berlangsung hingga Israel mendapatkan jaminan bahwa pembebasan sandera mereka tidak akan diiringi dengan “ritual yang merendahkan martabat.”
Hamas Buka Suara: Tuduhan Tak Berdasar
Menanggapi keputusan Netanyahu, Hamas menyebut alasan penundaan pembebasan tahanan sebagai “dalih yang buruk.” Anggota biro politik Hamas, Ezzat El Rashq, menegaskan bahwa seremonial yang mereka gelar bukan dimaksudkan untuk mempermalukan para sandera Israel.
“Upacara penyerahan tahanan tidak termasuk penghinaan terhadap mereka, tetapi justru mencerminkan perlakuan manusiawi yang mulia terhadap mereka,” kata Rashq dalam pernyataan resminya, dilansir Al Arabiya.
Hamas juga menuding Israel menggunakan penundaan ini sebagai dalih untuk menghindari kewajiban berdasarkan perjanjian gencatan senjata di Gaza. Menurut Rashq, keputusan Netanyahu mencerminkan upaya yang disengaja untuk mengganggu perjanjian damai dan menunjukkan kurangnya komitmen Israel terhadap hukum internasional.
Di sisi lain, penyiksaan yang sebenarnya, menurut Hamas, dialami oleh tahanan Palestina yang saat ini masih mendekam di penjara-penjara Israel. Kelompok ini menegaskan bahwa tindakan Israel hanya memperburuk situasi dan menambah penderitaan rakyat Palestina.
Keluarga Tahanan Palestina Marah dan Kecewa
Penundaan pembebasan tahanan Palestina ini juga memicu reaksi marah dari keluarga para tahanan. Bassam al-Khatib, salah satu warga Palestina yang anggota keluarganya menjadi tahanan, mengungkapkan kekecewaannya secara terbuka.
“Keluarga para tawanan perang berada dalam keadaan marah, sedih, dan dendam. Anda telah menerima tawanan perang Anda, jadi mengapa menunda penyerahan tawanan perang Palestina kami? Ini adalah sesuatu yang menyakitkan hati,” ujar al-Khatib.
Ia menambahkan bahwa keputusan Israel ini menunjukkan kurangnya komitmen terhadap standar hukum internasional serta mengabaikan negara-negara yang menjadi sponsor perjanjian damai ini.
Krisis Berlanjut, Ketegangan Semakin Memanas
Situasi ini semakin memperuncing ketegangan antara Israel dan Palestina, serta menyoroti peran AS dalam konflik Timur Tengah. Dukungan penuh AS terhadap Israel menunjukkan sikap politik luar negeri Washington yang cenderung condong ke Tel Aviv, meskipun hal ini sering kali menuai kritik dari berbagai pihak.
Bagi rakyat Palestina, penundaan pembebasan tahanan ini menjadi pukulan telak yang memperpanjang penderitaan mereka. Sementara itu, Hamas tetap bersikeras bahwa tindakan mereka dalam seremonial pembebasan sandera bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, bukan untuk mempermalukan pihak lawan.
Konflik ini tampaknya masih jauh dari kata usai, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan dan menolak mundur dari posisi masing-masing. Dunia internasional pun diharapkan dapat berperan lebih aktif untuk meredakan ketegangan dan mendorong dialog damai demi masa depan yang lebih baik bagi kedua bangsa.