Karya Indonesia – Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Haryadi menegaskan tidak ada skema oplosan pertamax ke pertalite.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi, Bambang Haryadi saat melaksanakan kunjungan ke SPBU Cimanggis,Depok, Jawa Barat.
Sekretaris Fraksi Gerindra DPR RI itu mengatakan polemik yang terjadi dalam kasus dugaan korupsi di PT Pertamina Patra Niaga terkait minyak oplosan itu tidak benar.
“Skema Oplosan itu tidak ada, ini yang harus ditekankan bahwa dalam minerba itu Namanya skema blending, terang Bambang,”.
Dirinya mengatakan, sepanjang tidak mengubah kualitas BBM skema blending itu diperbolehkan, sementara oplosan itu mencampur dua bahan yang tidak sama dan menurunkan bahkan mengubah kualitas.
“Skema Blending itu harus dibedakan dengan oplosan, misal minyak tanah dicampur bensin, itu oplosan. Atau bensin dicampur cairan lain, gitu kan yang mengubah kualitas itu oplosan,”katanya.
Bambang menyejelaskan semua jenis bensin pasti di-blending, mau di teknik produksi, di kilang pun akan di-blending. Kan kita ada berapa jenis RON kan, ada 90, 92, 95, sama 98. Itu standar spesifikasi dunia.
“Hanya 90 yang ada di Indonesia, sebenarnya dimulainya dari 92, bahkan di era dulu ada RON 88. Jadi RON yang memang dibuat khusus untuk negara Indonesia. Nah 90 itu sama, jadi dibuat hanya untuk di Indonesia, negara lain itu jarang,” tambahnya.
Adapun tiga sampel bahan bakar yang disidak oleh Komisi XII dan Lemigas hari ini akan diuji laboratorium. Ia mengatakan uji sampel sebenarnya dilakukan secara rutin oleh Lemigas.
“Kalau prosesnya kita di lab kan, kita aja nggak bisa. Dari dulu sudah (lab rutin), jadi dari dulu inilah yang sebenarnya harus disampaikan ke publik, bahwa pengujian, pengujian secara berkala kan dan random kan itu sudah dilakukan okeh Lemigas di bawah Dirjen Migas,” imbuhnya.
“Hanya 90 yang ada di Indonesia, sebenarnya dimulainya dari 92, bahkan di era dulu ada RON 88. Jadi RON yang memang dibuat khusus untuk negara Indonesia. Nah 90 itu sama, jadi dibuat hanya untuk di Indonesia, negara lain itu jarang,” tambahnya.
Adapun tiga sampel bahan bakar yang disidak oleh Komisi XII dan Lemigas hari ini akan diuji laboratorium. Ia mengatakan uji sampel sebenarnya dilakukan secara rutin oleh Lemigas.
“Kalau prosesnya kita di lab kan, kita aja nggak bisa. Dari dulu sudah (lab rutin), jadi dari dulu inilah yang sebenarnya harus disampaikan ke publik, bahwa pengujian, pengujian secara berkala kan dan random kan itu sudah dilakukan okeh Lemigas di bawah Dirjen Migas,” imbuhnya.
Bambang Haryadi menyebut temuan di Shell setelah sidak juga hampir serupa. Dia menyebut semuanya akan menunggu hasil uji lab.
“Kalau dari kasatmata sama, kan, kasatmata sama, tinggal hasil uji lab aja, itu kan. Kalau kasatmata, kan sama, antara Pertamax sama ini, nggak ada perbedaan kan dengan Super Shell kan,” ujar Bambang.
Bambang Haryadi menyebut temuan di Shell setelah sidak juga hampir serupa. Dia menyebut semuanya akan menunggu hasil uji lab.
“Kalau dari kasatmata sama, kan, kasatmata sama, tinggal hasil uji lab aja, itu kan. Kalau kasatmata, kan sama, antara Pertamax sama ini, nggak ada perbedaan kan dengan Super Shell kan,” ujar Bambang.