Karya Indonesia – Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, menyambut positif wawancara eksklusif Presiden Prabowo Subianto bersama tujuh jurnalis senior yang berlangsung selama empat jam di Hambalang, Bogor, Minggu (6/4).
Ia menilai momen tersebut merupakan sinyal kuat komitmen pemerintah terhadap keterbukaan informasi dan kebebasan pers.
“Wawancara itu membawa angin segar bagi budaya demokrasi Indonesia. Ini menjadi pengingat kepada semua pihak bahwa pers harus dihormati, bukan ditekan,” ujar Jazilul saat dihubungi, Senin (7/4).
Menurut Jazilul, durasi empat jam dalam wawancara tanpa batas topik merupakan rekor baru dalam sejarah wawancara seorang presiden Indonesia dengan media. Ia menyebut hal itu sebagai bentuk penghargaan terhadap kerja jurnalistik yang kerap berada di bawah tekanan.
“Hemat saya, Presiden Prabowo mencetak rekor terbaru. Sepanjang sejarah Indonesia, baru kali ini ada wawancara selama empat jam dengan tujuh jurnalis yang bebas membahas apa saja. Salut,” katanya.
Jazilul juga menyebut bahwa sikap terbuka Prabowo menunjukkan kemauan Presiden untuk berdiskusi secara langsung dengan media, sekaligus sebagai bentuk penghormatan terhadap kebebasan pers. Ia menambahkan, ini menjadi pesan moral kuat bagi pihak-pihak yang masih melakukan intimidasi terhadap jurnalis.
“Peringatan kepada pihak-pihak yang masih melakukan ancaman dan kekerasan kepada insan pers dan media untuk menghentikan aksinya,” tegasnya.
Ia turut menyinggung sejumlah kasus kekerasan terhadap jurnalis yang terjadi belakangan ini, seperti kiriman simbol-simbol teror berupa kepala babi dan tikus. Jazilul mendesak agar kasus-kasus tersebut segera diusut secara tuntas oleh aparat.
“Kiriman kepala babi, tikus, dan ancaman lainnya harus ditelisik dan diungkap. Jangan ada lagi teror terhadap media. Presiden Prabowo sudah memberi contoh bahwa pemerintah menghormati peran media,” tambahnya.
Sebagai informasi, tujuh jurnalis senior yang hadir dalam wawancara tersebut adalah Lalu Mara Satriawangsa (tvOne), Uni Lubis (IDN Times), Najwa Shihab (Narasi), Alfito Deannova Gintings (Detikcom).
Kemudian, Retno Pinasti (SCTV-Indosiar), dan Sutta Dharmasaputra (Harian Kompas). Semua pertanyaan dalam wawancara bersifat on the record, mencakup isu sensitif seperti revisi UU TNI hingga kondisi pasar saham Indonesia.