Karya Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump , menyatakan keyakinannya bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin , lebih terbuka untuk bernegosiasi dan mencapai kesepakatan mengenai konflik di Ukraina dibandingkan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky . Pernyataan ini disampaikan Trump dalam wawancara eksklusif dengan tokoh media AS, Glenn Beck .
Trump mengungkapkan pengalaman frustrasinya saat berbicara dengan Zelensky di Ruang Oval selama masa kepresidenannya. Ia menilai Zelensky sulit diajak berkompromi karena terlalu banyak menuntut tanpa memiliki “kartu tawar” yang kuat.
“Ketika Zelensky berada di Ruang Oval, saya berbicara tentang menyelesaikan konflik. Tapi ia mulai berteriak, ‘tetapi kita butuh keamanan,’ yang berarti keamanan setelah kejadian. Saya berkata, ‘keamanan’? Saya bahkan tidak tahu apakah kita bisa menyelesaikan kesepakatan ini,” ujar Trump.
Trump melanjutkan, “Ia (Zelensky) meminta lebih, lebih, dan lebih lagi. Dan ia tidak punya kartu. Jadi mudah-mudahan ia akan menyelesaikannya.”
Trump Nilai Putin Lebih Terbuka
Dalam wawancara tersebut, Trump juga menilai bahwa Vladimir Putin bersedia untuk membuat kesepakatan damai asalkan ada kompromi dari pihak Ukraina. Namun, Trump meragukan apakah Putin akan mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan konflik jika ia sendiri tidak kembali ke Gedung Putih.
“Saya pikir dia (Putin) punya ide untuk terus maju. Saya hanya berusaha mengakhirinya. Dan saya benar-benar mengakhirinya, ya, demi uang, tetapi saya tidak mengakhirinya demi nomor satu. Saya mengakhirinya karena mereka kehilangan 5.000 orang seminggu,” kata Trump.
Trump menambahkan, “Saya pikir dia (Putin) bersedia membuat kesepakatan. Dan sejauh ini, saya akan katakan, dia lebih mudah diajak bicara daripada Zelensky.”
Kritik terhadap Zelensky
Pekan lalu, Trump juga melontarkan kritik pedas terhadap Zelensky, terutama terkait pernyataannya tentang Krimea. Menurut Trump, sikap keras kepala Zelensky terhadap Krimea telah merusak peluang perundingan damai dengan Rusia.
Trump yakin situasi di Ukraina sangat mengerikan, dan Zelensky harus segera berdamai dengan Rusia atau risiko kehilangan seluruh negara dalam waktu tiga tahun mendatang.
“Jika Anda tidak berdamai sekarang, Anda akan kehilangan negara Anda. Mereka sedang menuju ke sana. Saya memberikan tenggat waktu kepada mereka, tetapi saya tidak akan mengungkapkannya,” ujar Trump.
Masa Depan Kebijakan AS terhadap Ukraina
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio , menyoroti urgensi keputusan strategis AS terkait konflik di Ukraina. Dalam pernyataannya pada hari Minggu, Rubio mengatakan bahwa pekan mendatang akan menjadi sangat penting bagi AS untuk memutuskan apakah mereka ingin terus terlibat aktif dalam konflik ini atau fokus pada masalah global lainnya.
Rubio menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri AS harus diprioritaskan pada isu-isu yang secara langsung memengaruhi kepentingan nasional AS. Ia juga memperingatkan bahwa kelanjutan konflik di Ukraina dapat memperburuk stabilitas geopolitik Eropa dan memicu eskalasi yang lebih besar.
Prospek Damai Masih Kabur
Meskipun Trump percaya bahwa Putin lebih mudah diajak bernegosiasi, para analis memperingatkan bahwa mencapai kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina tetap merupakan tantangan besar. Kedua belah pihak memiliki agenda yang bertentangan, terutama terkait status Krimea dan wilayah-wilayah timur Ukraina yang dikuasai Rusia.
Selain itu, tekanan internasional terhadap Rusia, termasuk sanksi ekonomi dari Barat, membuat Moskow enggan mundur dari posisi tawarnya. Di sisi lain, Zelensky juga berada di bawah tekanan domestik untuk tidak berkompromi terlalu banyak atas kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.
Harapan untuk Diplomasi
Meski demikian, Trump menegaskan bahwa diplomasi tetap menjadi solusi terbaik untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung bertahun-tahun ini. Ia mengaku pernah berupaya keras untuk membawa kedua belah pihak ke meja perundingan selama masa kepresidenannya, meskipun upayanya belum berhasil.
“Saya benar-benar ingin mengakhiri ini. Bukan hanya soal uang, tetapi karena begitu banyak nyawa yang hilang. Ini adalah situasi yang mengerikan,” tutup Trump.