Karya Indonesia – Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif , memanggil Otoritas Komando Nasional (NCA) setelah serangan rudal India ke tiga pangkalan udara strategis di Pakistan pada Sabtu (10/5).
NCA adalah badan tertinggi yang mengambil keputusan terkait keamanan nasional, termasuk penggunaan senjata nuklir. Langkah ini menunjukkan eskalasi ketegangan yang signifikan antara kedua negara tetangga yang bersenjatakan nuklir tersebut.
Menurut laporan Al Jazeera , militer Pakistan menyebut bahwa Sharif telah meminta pertemuan darurat dengan NCA untuk membahas langkah-langkah keamanan dan respons strategis terhadap agresi India. Serangan rudal itu diluncurkan ke tiga pangkalan udara utama Pakistan, yakni:
Pangkalan Udara Nur Khan di Rawalpindi,
Pangkalan Udara Rafiqui di Shorkot,
Pangkalan Udara Murid di Kota Chakwal, yang berjarak sekitar 120 kilometer dari ibu kota Islamabad.
Pangkalan Udara Nur Khan memiliki peran strategis karena sering digunakan oleh para pemimpin Pakistan serta pejabat asing untuk penerbangan diplomatik. Baru-baru ini, pada Jumat (9/5), Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir , mendarat di pangkalan ini dalam kunjungannya ke Pakistan.
Respons Cepat Pakistan
Tak lama setelah serangan rudal tersebut, otoritas Pakistan langsung menutup wilayah udaranya sebagai langkah pencegahan lebih lanjut. Selain itu, Pakistan melancarkan balasan dengan Operasi Bunyanun Marsoos , yang diklaim berhasil menggempur dua fasilitas militer India:
Pangkalan Udara Udhampur ,
Landasan Pacu Militer Pathankot .
Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar , seperti dikutip The Guardian , menyatakan bahwa Pakistan terpaksa membalas serangan tersebut setelah sebelumnya berusaha mempertahankan posisi defensif.
“Beberapa jam yang lalu, India telah menyerang pangkalan angkatan udara kami. Kami sebelumnya telah melakukan segala cara dalam mode defensif dan kami terpaksa membalas,” kata Dar.
Ketegangan Nuklir di Ambang Perang
Kedua negara, yang sama-sama memiliki senjata nuklir, terlibat dalam siklus konflik berkepanjangan sejak pembagian wilayah pada tahun 1947. Ketegangan terbaru ini menimbulkan kekhawatiran global akan potensi eskalasi menjadi konflik bersenjata besar-besaran.
Dalam situasi seperti ini, pemanggilan NCA oleh Perdana Menteri Sharif menjadi sinyal penting bahwa Pakistan siap mengambil langkah-langkah defensif maupun ofensif, termasuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir jika diperlukan. Pakistan memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir , sementara India memiliki 164 hulu ledak nuklir (estimasi 2025).
Reaksi Internasional
Komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara sekutu, mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut. Utusan PBB untuk Asia Selatan telah menyerukan dialog damai guna meredakan ketegangan.
“Situasi ini sangat berbahaya mengingat kedua negara memiliki kapabilitas nuklir. Konflik bersenjata apa pun dapat berdampak buruk tidak hanya bagi regional, tetapi juga dunia,” kata seorang pejabat PBB.
Sementara itu, Arab Saudi , yang memiliki hubungan diplomatik kuat dengan Pakistan, juga turut menyuarakan keprihatinan mendalam atas eskalasi ini. Riyadh mendesak semua pihak untuk mencari solusi damai tanpa menggunakan kekerasan.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Dengan penutupan wilayah udara Pakistan dan operasi militer balasan terhadap India, situasi di kawasan Asia Selatan semakin memanas. Kedua negara kini berada dalam kondisi siaga tinggi, dengan potensi eskalasi lebih lanjut jika tidak ada upaya mediasi internasional.
Langkah selanjutnya sangat bergantung pada respons India terhadap serangan balasan Pakistan. Jika New Delhi memilih untuk meningkatkan tekanan militer, risiko konflik skala besar akan semakin nyata. Namun, jika kedua belah pihak bisa duduk bersama melalui meja perundingan, harapan untuk meredakan ketegangan masih terbuka.