Karya Indonesia – Presiden Rusia, Vladimir Putin , dipastikan tidak akan hadir dalam perundingan damai dengan Ukraina yang akan digelar di Turki pada Kamis (15/5) waktu setempat.
Delegasi Rusia yang dikirim ke Istanbul terdiri dari pejabat tinggi seperti Penasihat Vladimir Medinsky , Wakil Menteri Pertahanan Alexander Fomin , dan Direktur Intelijen Utama Igor Kostyukov . Namun, nama Putin tidak muncul dalam daftar delegasi resmi.
Negosiasi ini merupakan pembicaraan langsung pertama antara Kyiv dan Moskow sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Momentum ini dianggap penting untuk menemukan solusi diplomatik guna mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Zelensky Tantang Putin Hadir
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky , sebelumnya menyatakan bahwa dirinya siap terbang ke Turki untuk melakukan pembicaraan langsung. Ia bahkan menantang Putin untuk melakukan hal yang sama, dengan menyebut bahwa penolakan pemimpin Rusia itu untuk hadir adalah indikasi bahwa ia “tidak ingin mengakhiri perang.”
“Hari ini kami mengadakan beberapa pertemuan dengan tim terkait format di Turki,” kata Zelensky dalam unggahannya di media sosial.
“Saya menunggu siapa yang akan datang dari Rusia dan kemudian saya akan memutuskan langkah apa yang harus diambil Ukraina. Sejauh ini, sinyal dari mereka di media tidak meyakinkan,” tambahnya.
Komentar Zelensky mencerminkan frustrasi Ukraina atas sikap Rusia selama proses negosiasi. Ketidakhadiran Putin dianggap sebagai tanda kurangnya komitmen Moskow untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Donald Trump Batal Hadir
Sebelumnya, spekulasi berkembang bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump , mungkin akan menghadiri perundingan damai di Turki selama kunjungan kerjanya ke Timur Tengah. Namun, baru-baru ini seorang pejabat AS mengonfirmasi bahwa Trump tidak akan ikut serta dalam diskusi tersebut.
Trump sempat menyebut bahwa dirinya tertarik untuk memainkan peran mediasi dalam upaya perdamaian antara Ukraina dan Rusia. Meskipun demikian, absennya pemimpin AS ini kemungkinan akan membatasi pengaruh Barat dalam negosiasi.
Upaya Lula Tekan Putin
Di tengah ketegangan ini, Presiden Brasil, Lula da Silva , berjanji akan mencoba membujuk Putin agar bersedia menghadiri negosiasi damai dengan Zelensky.
“Saya akan mencoba berbicara dengan Putin,” ungkap Lula beberapa hari lalu. Mantan presiden Brasil itu dikenal sebagai salah satu tokoh global yang aktif mendukung solusi diplomatik untuk konflik Rusia-Ukraina.
Namun, hingga kini belum ada indikasi bahwa upaya Lula berhasil mengubah keputusan Putin untuk tidak hadir. Absennya pemimpin Rusia ini dikhawatirkan dapat mengurangi urgensi dan hasil konkret dari pembicaraan damai.
Apa yang Diharapkan dari Negosiasi?
Negosiasi di Istanbul ini diharapkan menjadi langkah awal menuju kesepakatan damai yang komprehensif. Beberapa poin utama yang kemungkinan akan dibahas meliputi:
Penarikan Pasukan : Kemungkinan penghentian operasi militer dan penarikan pasukan Rusia dari wilayah Ukraina.
Status Wilayah : Pembahasan tentang status wilayah-wilayah yang diduduki Rusia, termasuk Krimea dan Donbas.
Jaminan Keamanan : Upaya menciptakan mekanisme jaminan keamanan bagi kedua belah pihak untuk mencegah eskalasi di masa depan.
Rekonstruksi Ukraina : Diskusi tentang bantuan internasional untuk membangun kembali infrastruktur Ukraina yang hancur akibat perang.
Namun, tanpa kehadiran Putin, peluang tercapainya terobosan signifikan tampaknya semakin kecil. Delegasi Rusia yang hadir kemungkinan hanya memiliki mandat terbatas untuk bernegosiasi, sehingga sulit menghasilkan keputusan strategis.
Sinyal Pesimisme dari Zelensky
Sikap skeptis Zelensky terhadap delegasi Rusia mencerminkan ketidakpercayaan mendalam Ukraina terhadap niat Moskow. Selama ini, Ukraina menuduh Rusia menggunakan perundingan damai sebagai alat untuk membeli waktu atau melemahkan tekanan internasional.
“Jika mereka serius ingin berdamai, mereka akan mengirimkan pemimpin mereka sendiri,” ujar Zelensky dalam wawancara lainnya.
“Absennya Putin menunjukkan bahwa Rusia tidak benar-benar tertarik pada perdamaian.”
Harapan untuk Diplomasi Global
Meskipun tantangan besar tetap ada, negosiasi ini menjadi momentum penting bagi komunitas internasional untuk mendukung proses perdamaian. Peran negara-negara seperti Turki, Brasil, dan Uni Eropa diharapkan dapat memfasilitasi dialog yang lebih produktif.
Namun, tanpa kehadiran para pemimpin utama seperti Putin dan Trump, peluang tercapainya kesepakatan damai tampaknya masih jauh dari realitas. Konflik ini akan terus menjadi ujian bagi diplomasi global dan stabilitas regional.