Karya Indonesia – Yayasan Bina Warga Indonesia resmi menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan RI.
Kolaborasi ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan program pelatihan keterampilan yang berbasis produktivitas dan reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan. Penandatanganan dilakukan di Kantor Ditjen Pemasyarakatan, Jakarta, sebagai langkah konkret dalam memperkuat ekosistem pembinaan narapidana di Indonesia.
Program Unggulan: “Reintegrasi Produktif”
Kemitraan ini merupakan bagian dari inisiatif Yayasan Bina Warga Indonesia melalui program unggulannya yang diberi nama “Reintegrasi Produktif.” Program ini dirancang untuk memberdayakan narapidana agar dapat menjadi individu yang mandiri, produktif, dan siap kembali ke tengah masyarakat dengan martabat terjaga.
“Melalui kerja sama ini, kami berharap bisa memperluas jangkauan pelatihan keterampilan, termasuk kewirausahaan dan sertifikasi kerja, yang tidak hanya membantu warga binaan di dalam lapas, tetapi juga memberikan dampak langsung kepada keluarga mereka di rumah,” ujar Andi Fahrul Amsal , Ketua Yayasan Bina Warga Indonesia.
Program ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap warga binaan berhak mendapatkan kesempatan kedua . Mereka diberikan akses untuk belajar bekerja, berkarya, dan membangun kembali relasi keluarga yang sehat, sehingga mampu mengurangi risiko residivisme pasca-pembebasan.
Lapas Sebagai Pusat Pelatihan dan Produksi
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pemasyarakatan , diwakili oleh Direktur Bimbingan Narapidana dan Latihan Kerja, Marshudi , menegaskan komitmennya untuk menjadikan lembaga pemasyarakatan sebagai pusat pelatihan dan produksi. Ia menyebut bahwa lapas bukan hanya tempat pembinaan, tetapi juga industri yang menghasilkan produk bernilai ekonomi.
“Kami melihat lembaga pemasyarakatan sebagai pusat pelatihan keterampilan, baik untuk pegawai maupun warga binaan. Selain itu, kami juga ingin menjadikan lapas sebagai tempat produksi yang berkontribusi pada perekonomian lokal,” kata Marshudi.
Ia juga mengumumkan rencana pembukaan Balai Latihan Kerja (BLK) di Pulau Nusakambangan pada Juli atau Agustus 2025. “Nusakambangan akan menjadi pilot project, dan ke depannya, kami menargetkan setiap provinsi memiliki BLK khusus untuk warga binaan,” tambahnya.
Misi Utama Yayasan Bina Warga Indonesia
Yayasan Bina Warga Indonesia memiliki lima misi utama yang menjadi dasar program-programnya:
Membekali warga binaan dengan keterampilan dan sertifikasi : Memberikan pelatihan teknis dan non-teknis yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Menyediakan lapangan kerja padat karya di dalam lapas : Menciptakan lingkungan kerja produktif di dalam lapas untuk meningkatkan kemandirian warga binaan.
Memberikan peluang penghasilan untuk keluarga warga binaan : Memastikan bahwa hasil kerja warga binaan dapat dimanfaatkan untuk membantu keluarga mereka secara finansial.
Mendorong reintegrasi sosial pasca-bebas melalui kewirausahaan : Mengajarkan warga binaan untuk memulai usaha sendiri setelah bebas.
Menjadi mitra strategis pemerintah dan pelaku CSR : Bekerja sama dengan pihak swasta untuk mendukung pengentasan kemiskinan dan pencegahan residivisme.
Harapan untuk Masa Depan Warga Binaan
Kolaborasi antara Yayasan Bina Warga Indonesia dan Ditjen PAS diharapkan menjadi tonggak awal dalam penguatan sistem pemasyarakatan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada pemulihan sosial. Dengan pendekatan yang fokus pada produktivitas dan reintegrasi, narapidana tidak hanya sekadar menjalani hukuman, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik.
“Kami percaya bahwa sinergi multipihak seperti ini akan membawa dampak positif bagi warga binaan, keluarga mereka, dan masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah langkah nyata menuju sistem pemasyarakatan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan,” tutup Andi Fahrul Amsal.