Menu

Dark Mode
Dua Pelaku Pelecehan Seksual Anak Disabilitas di Jakarta Timur Ditangkap Polisi

Internasional

Netanyahu Buka Peluang untuk Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Tapi Tetap Ingin Kuasai Wilayah

Perbesar

Karya Indonesia – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu , menyatakan keterbukaannya untuk menerapkan “gencatan senjata sementara” di Gaza , dengan syarat langkah tersebut dapat memfasilitasi pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok militan Hamas .

Pernyataan ini disampaikan pada Rabu (21/5/2025), setelah tekanan internasional terus meningkat akibat serangan baru Israel dan blokade bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina.

“Jika ada pilihan untuk gencatan senjata sementara untuk membebaskan sandera, kami akan siap,” kata Netanyahu, seperti dikutip AFP . Ia menambahkan bahwa sekitar 20 sandera yang diyakini masih hidup harus dibebaskan sebagai prioritas utama dalam proses negosiasi.

Namun, Netanyahu tetap menegaskan tujuan akhir militer Israel adalah untuk membawa seluruh Gaza di bawah kendalinya pada akhir operasi.

“Kita harus menghindari krisis kemanusiaan untuk menjaga kebebasan kita dalam tindakan operasional,” katanya, merujuk pada pentingnya menjaga citra internasional Israel di tengah kritik global atas dampak serangan terhadap warga sipil.

Insiden Penembakan Delegasi Diplomat Asing Picu Kemarahan Internasional
Pernyataan Netanyahu datang hanya beberapa jam setelah insiden kontroversial di mana pasukan Israel melepaskan “tembakan peringatan” ke arah delegasi diplomat asing yang sedang mengunjungi Tepi Barat . Insiden ini terjadi di dekat kota Jenin , salah satu titik nyala konflik antara Israel dan Palestina.

Kementerian Luar Negeri Palestina menuduh pasukan Israel “dengan sengaja menargetkan delegasi diplomatik terakreditasi” menggunakan tembakan langsung. Seorang diplomat Eropa yang terlibat dalam kunjungan tersebut mengatakan bahwa kelompok itu datang ke daerah itu untuk menyaksikan kerusakan yang disebabkan oleh serangan militer Israel selama berbulan-bulan.

Di sisi lain, Tentara Israel mengklaim bahwa delegasi menyimpang dari rute yang telah disetujui dan memasuki zona terbatas. Pasukan melepaskan tembakan sebagai upaya untuk mengarahkan kelompok tersebut meninggalkan area tersebut. Mereka juga menyatakan tidak ada luka yang dilaporkan dan menyampaikan penyesalan atas “ketidaknyamanan yang disebabkan.”

Namun, insiden ini memicu gelombang kecaman dari berbagai negara dan organisasi internasional, termasuk Belgia , Kanada , Mesir , Prancis , Jerman , Italia , Portugal , Belanda , Spanyol , Turki , Uruguay , dan Uni Eropa .

Kaja Kallas , kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mendesak Israel untuk melakukan penyelidikan mendalam terhadap insiden tersebut dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab. “Tindakan seperti ini tidak dapat diterima dan harus diinvestigasi secara transparan,” tegasnya.

Data Korban Konflik Terus Bertambah
Konflik yang dimulai sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terus menelan korban jiwa di kedua belah pihak. Menurut data resmi yang dirangkum oleh AFP , serangan Hamas menewaskan 1.218 orang di Israel, mayoritas warga sipil. Militan juga menculik 251 sandera , di mana 57 di antaranya masih diyakini berada di Gaza, meskipun 34 di antaranya dinyatakan tewas.

Sementara itu, situasi di Gaza semakin memburuk. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa setidaknya 3.509 orang tewas sejak Israel melanjutkan serangan besar-besaran pada 18 Maret 2025 , menjadikan total korban jiwa akibat konflik ini mencapai 53.655 orang . Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah akibat blokade bantuan yang membatasi akses makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke wilayah tersebut.

Tekanan Internasional Meningkat
Ancaman sanksi dari sekutu tradisional Israel, seperti Inggris , Kanada , dan Prancis , serta kecaman luas dari komunitas internasional, telah memaksa Netanyahu untuk merespons dengan lebih hati-hati.

Namun, banyak pihak skeptis bahwa gencatan senjata sementara akan membawa solusi jangka panjang tanpa adanya komitmen nyata untuk mengakhiri blokade dan menghentikan operasi militer.

Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat , Qatar , dan Mesir terus berlangsung, namun belum menunjukkan hasil signifikan. Para pengamat memperingatkan bahwa tanpa kesepakatan damai yang komprehensif, konflik ini berpotensi berlarut-larut dan memperburuk penderitaan warga sipil di Gaza.

“Situasi ini bukan hanya tentang gencatan senjata, tapi juga tentang bagaimana dunia bisa memastikan bahwa hak asasi manusia warga Gaza dilindungi,” kata seorang analis politik Timur Tengah.

Harapan untuk Perdamaian
Meskipun Netanyahu membuka peluang untuk gencatan senjata sementara, skeptisisme tetap tinggi di kalangan masyarakat internasional. Banyak yang menyerukan agar Israel benar-benar menghentikan serangan militer dan mencabut blokade bantuan sepenuhnya, sambil mendukung upaya diplomasi untuk mencapai perdamaian abadi.

“Langkah ini bisa menjadi awal, tapi perdamaian sejati hanya akan tercapai jika semua pihak mau bernegosiasi dengan itikad baik,” kata seorang diplomat senior di PBB .

Facebook Comments Box

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Iran Klaim Tembak Jatuh Empat Jet Tempur Siluman F-35 Israel, Picu Guncangan di Kawasan

17 June 2025 - 14:11 WIB

Rudal Iran Gempur Situs Strategis Israel, Kediaman Keluarga Netanyahu Hampir Terkena Serangan

16 June 2025 - 10:12 WIB

Iran Hujani Israel dengan Ratusan Rudal Balistik, Operasi “True Promise 3” Resmi Dimulai

14 June 2025 - 20:36 WIB

Mayor Jenderal Hossein Salami Tewas, Iran Janji Balas Serangan Udara Israel

13 June 2025 - 13:04 WIB

Protes Anti-Kebijakan Imigrasi Trump Meluas, Kerusuhan dan Penjarahan Warnai Aksi di Sejumlah Negara Bagian AS

12 June 2025 - 14:58 WIB

Trending on Internasional