Karya Indonesia – Serangan sepihak Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran dinilai semakin memperuncing ketegangan global dan menciptakan ketidakpastian di berbagai belahan dunia.
Muhammad Syaroni Rofii , analis kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI), menilai bahwa tindakan AS ini tidak hanya menggoyahkan stabilitas kawasan Timur Tengah, tetapi juga merusak citra AS sebagai pemimpin global.
“Serangan AS terhadap Iran semakin membuat dunia dalam ketidakpastian,” kata Syaroni saat dihubungi ANTARA di Jakarta pada Minggu (22/6). Ia menjelaskan bahwa sebelumnya Iran menganggap AS sebagai mediator dalam urusan nuklir.
Namun, serangan sepihak tanpa restu PBB ini telah mengubah persepsi tersebut, membuat posisi AS semakin dipertanyakan di mata komunitas internasional.
Respons Iran dan Potensi Eskalasi
Syaroni menyoroti bahwa serangan ini hampir pasti akan memicu respons balasan dari Iran. “Petinggi Iran sempat menyinggung akan menargetkan aset militer AS di kawasan jika negara itu sampai ikut campur. Yang pasti, Iran tidak tinggal diam,” ujarnya.
Iran memiliki sejarah panjang dalam menggunakan strategi proxy untuk melawan musuh-musuhnya, termasuk dengan mendukung kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza. Dengan demikian, eskalasi konflik antara AS dan Iran kemungkinan besar akan melibatkan pihak-pihak lain di kawasan Timur Tengah.
Dampak Terhadap Kawasan Timur Tengah
Serangan AS terhadap Iran juga berpotensi memicu gejolak besar di kawasan Timur Tengah. Sekutu-sekutu AS di kawasan, seperti Israel dan Arab Saudi , mungkin awalnya berharap AS akan menggunakan pendekatan diplomatik. Namun, dengan adanya serangan ini, eskalasi militer menjadi semakin mungkin terjadi di beberapa titik strategis.
“Kawasan Timur Tengah tentu akan bergejolak, sebab sekutu AS di kawasan tentu berharap AS dapat menggunakan pendekatan diplomatik. Namun, dengan adanya peristiwa ini, eskalasi berpotensi terjadi di beberapa titik,” kata Syaroni.
Ia menambahkan bahwa ketegangan ini juga akan memperburuk hubungan antarnegara di kawasan, yang sudah lama diwarnai oleh konflik politik dan agama.
Negara-negara seperti Irak, Suriah, Yaman, dan Lebanon bisa menjadi medan pertempuran baru dalam perang proxy antara Iran dan sekutu-sekutunya melawan AS serta sekutu regionalnya.
Dampak Global dan Ketegangan Internasional
Pada level global, serangan ini akan memicu ketegangan karena para aktor internasional mulai tidak lagi menganggap hukum internasional dan konsensus sebagai pedoman. “Yang paling terdampak tentu saja ekonomi global.
Harga minyak berpotensi naik, rantai pasok berpotensi terganggu manakala ada eskalasi terus-menerus,” jelas Syaroni.
Ketegangan di Timur Tengah sering kali berdampak langsung pada harga energi global, mengingat kawasan ini adalah salah satu penghasil minyak terbesar di dunia.
Jika konflik meluas, jalur perdagangan utama seperti Selat Hormuz—yang menjadi pintu keluar bagi sepertiga pasokan minyak dunia—bisa terancam.
Potensi Perang Dingin Versi Baru
Meskipun ada kekhawatiran bahwa konflik ini dapat berkembang menjadi Perang Dunia ke-3, Syaroni menyatakan bahwa skenario tersebut masih kecil kemungkinannya. Sebaliknya, ia memprediksi bahwa konflik ini lebih mirip dengan situasi Perang Dingin, di mana perang proxy menjadi dominan.
“Yang akan terjadi ke depannya lebih mirip dengan Perang Dingin, di mana perang antar proxy yang dominan,” katanya.
Dalam skenario ini, AS dan Iran tidak akan melakukan konfrontasi langsung, tetapi akan saling mendukung kelompok-kelompok atau negara-negara sekutu mereka untuk melancarkan serangan dan memperluas pengaruh. Hal ini dapat menyebabkan krisis berkepanjangan di berbagai wilayah yang secara tidak langsung terlibat dalam konflik.
Harapan untuk Diplomasi
Syaroni menekankan pentingnya diplomasi untuk meredam ketegangan ini. “Saat ini, yang paling penting adalah upaya untuk menghindari spiral kekacauan. Tidak ada solusi militer yang bisa membawa perdamaian. Jalan satu-satunya adalah dialog damai,” katanya.
Namun, tantangan utama adalah bagaimana meyakinkan kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan, terutama setelah serangan ini meningkatkan rasa saling curiga dan dendam.
Kesimpulan
Serangan AS ke Iran bukan hanya masalah bilateral antara kedua negara, tetapi juga ancaman bagi stabilitas global.
Ketegangan ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem internasional saat hukum dan norma global diabaikan. Dengan potensi eskalasi yang tinggi, dunia harus bersiap menghadapi dampak ekonomi, politik, dan sosial yang signifikan jika konflik ini terus berlanjut.