Karya Indonesia — Setelah hampir satu minggu dilanda kekerasan yang menewaskan lebih dari 300 orang, Israel dan Suriah telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, sebagaimana dikonfirmasi oleh utusan Amerika Serikat untuk Turki, Tom Barrack, pada Jumat (18/7/2025).
Kesepakatan gencatan senjata tersebut didukung oleh Turki, Yordania, dan sejumlah negara tetangga lainnya, menyusul eskalasi konflik di wilayah selatan Suriah, terutama di Provinsi Sweida.
Israel Serang Damaskus, Klaim Lindungi Minoritas Druze
Pada Rabu (16/7), militer Israel melancarkan serangan udara ke Damaskus dan posisi militer Suriah di bagian selatan negara itu.
Pemerintah Israel menyatakan bahwa serangan tersebut bertujuan untuk melindungi komunitas Druze Suriah, kelompok minoritas yang memiliki pengaruh besar dan tersebar di Suriah, Lebanon, dan Israel.
“Kami menyerukan kepada kaum Druze, Badui, dan Sunni untuk meletakkan senjata dan membangun identitas Suriah yang baru dan bersatu,” kata Tom Barrack melalui akun X (Twitter).
Sweida Memanas, Israel Izinkan Akses Terbatas Pasukan Suriah
Meskipun sebelumnya menolak kehadiran pasukan Suriah di wilayah selatan, Israel memberikan izin terbatas selama 48 jam bagi pasukan pemerintah Suriah untuk memasuki Sweida.
Langkah ini diambil guna meredakan bentrokan antara milisi Druze dan pejuang Badui yang telah berlangsung beberapa hari.
Pihak Kepresidenan Suriah menyatakan bahwa pemerintah akan mengirim pasukan keamanan untuk mengakhiri bentrokan, meskipun kehadiran mereka sebelumnya sempat memicu ketegangan akibat tuduhan pelanggaran terhadap warga Druze.
AS dan PBB Desak Perlindungan Warga Sipil dan Bantuan Kemanusiaan
Amerika Serikat berperan penting dalam memfasilitasi gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai.
Gedung Putih mengumumkan bahwa gencatan senjata sejauh ini tampak berjalan, meskipun bentrokan belum sepenuhnya berhenti.
Sementara itu, Badan Pengungsi PBB (UNHCR) pada Jumat mendesak agar semua pihak memberikan akses kemanusiaan ke wilayah terdampak. Laporan dari warga Sweida menyebutkan bahwa mereka mengalami krisis pasokan dasar seperti listrik, air bersih, makanan, dan bahan bakar.
“Selama empat hari, tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar. Situasinya sangat buruk,” kata Mudar (28), warga Sweida.
Kondisi Masih Rawan, Gencatan Senjata dalam Ujian
Kendati telah diumumkan, bentrokan masih terjadi di bagian utara dan barat Sweida, menurut laporan media lokal Sweida24 dan sejumlah saksi. Keterbatasan komunikasi akibat pemadaman listrik dan jaringan internet membuat informasi sulit diakses.
Situasi ini menunjukkan bahwa gencatan senjata masih rapuh dan memerlukan pemantauan serta komitmen serius dari semua pihak untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.