Karya Indonesia – Indonesia dan Peru resmi menandatangani Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA) dalam kunjungan Presiden Peru ke Jakarta, yang bertepatan dengan peringatan 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Perjanjian ini menjadi tonggak penting diplomasi ekonomi Indonesia, membuka akses pasar yang lebih luas di kawasan Amerika Selatan.
Menurut Rindani Oktaria, S.Sos., Social Media Manager dmedia, IP-CEPA tidak hanya menurunkan hambatan tarif, tetapi juga memperkuat daya saing industri nasional.
“Dengan adanya penghapusan tarif untuk lebih dari 6.900 produk unggulan, kita tidak hanya berbicara soal peningkatan volume ekspor, tetapi juga tentang penguatan daya saing industri nasional di kancah global,” ujar Rindani di Jakarta.
Berdasarkan kesepakatan, Peru akan menghapus 87% tarif untuk berbagai komoditas utama Indonesia, seperti tekstil, alas kaki, dan mesin pendingin.
Pada 2024, nilai perdagangan kedua negara mencapai 480 juta dolar AS, dengan surplus bagi Indonesia sebesar 181 juta dolar AS.
Selain perdagangan barang, IP-CEPA mencakup kerja sama di sektor pangan, energi, perikanan, pertahanan, dan pemberantasan narkotika.
“Ruang lingkup kerja samanya sangat komprehensif, mulai dari sektor strategis seperti energi hingga isu keamanan lintas negara seperti pemberantasan narkotika. Ini menegaskan bahwa perjanjian ini tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga membangun fondasi kemitraan jangka panjang yang stabil,” jelas Rindani.
Kesepakatan ini dinilai sebagai salah satu keberhasilan Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat diplomasi ekonomi Indonesia.
Menurut Rindani, keberhasilan perundingan IP-CEPA menunjukkan posisi Indonesia yang semakin diperhitungkan di kancah global, sekaligus membuka peluang besar bagi pelaku usaha nasional di pasar internasional.
IP-CEPA juga menjadi momentum strategis bagi Indonesia yang tengah mengupayakan keanggotaan di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Jika berhasil, Indonesia akan menjadi negara ASEAN pertama yang bergabung dengan organisasi beranggotakan 38 negara maju tersebut.