Karya Indonesia – Untuk pertama kalinya, tim ilmuwan Tiongkok bersama peneliti internasional berhasil menemukan inti dalam padat di Mars dengan radius sekitar 600 kilometer.
Temuan ini menjadi terobosan penting yang memberi petunjuk baru tentang sejarah evolusi medan magnet Mars.
Mars sering dijadikan “laboratorium alam” untuk mempelajari struktur planet terestrial karena dianggap paling mirip dengan Bumi.
Namun, mengungkap isi perut planet merah bukanlah perkara mudah. Seperti halnya Bumi, keberadaan inti dalam baru disimpulkan lewat gelombang seismik pada 1936, dan butuh puluhan tahun hingga akhirnya terkonfirmasi.
Penelitian ini dipimpin oleh Sun Daoyuan dan Mao Zhu dari University of Science and Technology of China, bekerja sama dengan seorang peneliti internasional.
Mereka menganalisis data seismik dari 23 gempa Mars (marsquake) yang direkam oleh wahana pendarat NASA InSight.
Dengan metode analisis array, tim berhasil mengekstraksi fase gelombang seismik yang menembus inti Mars.
Hasilnya menunjukkan bahwa inti Mars berlapis: inti luar berbentuk cair, sementara inti dalamnya padat dengan kecepatan gelombang lebih tinggi.
Menurut perhitungan, inti dalam Mars yang padat beradius sekitar 600 km, atau seperlima dari radius planet itu. Jika Mars diperbesar menjadi seukuran Bumi, proporsinya akan sangat mirip dengan struktur inti Bumi.
Data juga memperlihatkan adanya lonjakan kecepatan gelombang 30 persen dan perbedaan kepadatan 7 persen antara inti luar dan inti dalam.
Analisis komposisi mineral menunjukkan inti Mars tersusun dari besi, nikel, serta unsur ringan: 12–16% sulfur, 6,7–9% oksigen, dan hingga 3,8% karbon.
Struktur unik ini memberi petunjuk bagaimana medan magnet Mars dulu pernah aktif, lalu kemudian melemah hingga lenyap seperti sekarang.
Penelitian ini juga menegaskan bahwa Mars, seperti Bumi, mengalami diferensiasi inti-mantel.
“Seismologi Mars sangat sulit. Peneliti telah melakukan pekerjaan yang sangat teliti dan cermat,” tulis salah satu pengulas jurnal Nature yang mempublikasikan studi ini.
Metode inovatif yang digunakan para ilmuwan ini dipandang akan menjadi acuan penting untuk misi masa depan, termasuk eksplorasi Bulan dan planet-planet lain, guna mengungkap struktur dalam benda langit melalui seismologi.