Menu

Dark Mode
Dua Pelaku Pelecehan Seksual Anak Disabilitas di Jakarta Timur Ditangkap Polisi

Internasional

Hamas Didesak Terima Proposal Gencatan Senjata Trump

Perbesar

DALLAS, TEXAS - AUGUST 06: Former U.S. President Donald Trump speaks at the Conservative Political Action Conference (CPAC) at the Hilton Anatole on August 06, 2022 in Dallas, Texas. CPAC began in 1974, and is a conference that brings together and hosts conservative organizations, activists, and world leaders in discussing current events and future political agendas. (Photo by Brandon Bell/Getty Images)

Karya Indonesia — Hamas menghadapi tekanan internasional untuk segera merespons proposal gencatan senjata terbaru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (29/9/2025).

Trump memberi tenggat tiga hingga empat hari bagi Hamas untuk menandatangani proposal berisi 20 poin terse but.

“Kami hanya butuh satu tanda tangan dan akan sangat merugikan jika mereka tidak menandatanganinya,” ujar Trump di pangkalan militer Quantico, Virginia, Selasa (30/9/2025).

Proposal itu mencakup seruan gencatan senjata, pembebasan sandera dalam waktu 72 jam, penarikan militer Israel, serta reformasi Otoritas Palestina.

Hamas juga diminta menyerahkan senjata, tidak terlibat dalam pemerintahan Palestina di masa depan, dan diberi opsi amnesti maupun jalur aman keluar Gaza bagi anggotanya.

Sejumlah pihak menilai poin-poin tersebut lebih menguntungkan Israel. Misalnya, ketentuan yang samar tentang penarikan pasukan Israel, ketiadaan batas waktu Otoritas Palestina memerintah Gaza, serta ketidakpastian pembentukan negara Palestina.

Meski belum dilibatkan dalam penyusunan, Hamas kini dituntut segera merespons. Qatar dan Mesir sebagai mediator memberi pengarahan kepada Hamas, sementara sejumlah negara Arab dan Muslim — termasuk Turki, Arab Saudi, Indonesia, Pakistan, dan UEA — menyatakan dukungan pada proposal.

PBB melalui Sekjen Antonio Guterres menyerukan semua pihak berkomitmen pada kesepakatan, sedangkan Paus Leo XIV menyebut ada “elemen menarik” dalam proposal dan berharap Hamas segera menerimanya.

Hamas masih menggelar diskusi internal dengan faksi Palestina lainnya. Seorang pejabat senior menyebut proses itu membutuhkan waktu mengingat kompleksitas situasi.

Pengamat menilai, meski proposal sekilas menjawab sebagian tuntutan, isinya justru melemahkan Hamas dengan melengserkannya dari kekuasaan dan mengisolasi Gaza.

“Hamas berada dalam posisi sulit. Tekanan regional membuat mereka mungkin harus menerima, meskipun dengan konsekuensi berat,” ujar Sadeq Abu Amer, Kepala Palestinian Dialogue Group di Turki.

Di sisi lain, Israel juga menghadapi dilema. Netanyahu mendukung proposal itu, namun harus meyakinkan kabinetnya yang diisi pejabat ultranasionalis. Beberapa poin, seperti reformasi Otoritas Palestina dan wacana negara Palestina, ditolak oleh kubu kanan Israel.

Selain itu, Israel harus membebaskan ribuan tahanan Palestina dan jenazah, konsesi yang tidak populer di dalam negeri. Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich bahkan menyebut proposal tersebut sebagai “kegagalan diplomatik besar”.

Facebook Comments Box

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Presiden Putin Sampaikan Belasungkawa kepada Presiden Prabowo atas Bencana di Sumatra

1 December 2025 - 11:20 WIB

Elon Musk Gratiskan Layanan Starlink untuk Wilayah Terdampak Banjir di Indonesia

30 November 2025 - 17:59 WIB

Zelensky Tegaskan Tidak Akan Serahkan Wilayah Ukraina kepada Rusia untuk Akhiri Perang

28 November 2025 - 13:15 WIB

Komandan Senior Hizbullah Tewas Diserang Israel, Iran Ancam Balas ke Tel Aviv

26 November 2025 - 09:08 WIB

AS Klaim Ukraina Setuju Kerangka Perjanjian Perdamaian Baru dengan Rusia

24 November 2025 - 12:55 WIB

Trending on Internasional