Karya Indonesia— Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dinilai berhasil membawa angin segar bagi sektor pertanian nasional.
Dalam satu tahun terakhir, Indonesia mencatat capaian besar dengan kembali meraih status Swasembada Beras, yang dianggap sebagai hadiah berharga bagi dunia pertanian.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, sepanjang Januari–Oktober 2025, produksi beras nasional mencapai 31,04 juta ton, meningkat 12,16 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan ini ditopang oleh luas panen padi yang kini mencapai 10,22 juta hektare atau naik 11,90 persen.
Kenaikan produksi tersebut melampaui kebutuhan konsumsi nasional yang diperkirakan sebesar 27,3 juta ton, sehingga Indonesia mencatat surplus beras 3,7 juta ton.
Capaian ini menandai kembalinya Indonesia pada posisi swasembada setelah bertahun-tahun bergantung pada impor beras.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Pemuda Tani Indonesia, Budisatrio Djiwandono, menilai capaian itu sebagai bukti nyata keberhasilan kebijakan pemerintah dalam memperkuat kedaulatan pangan.
“Pemerintah menegaskan target swasembada bukan sekadar simbol, melainkan strategi konkret untuk memperluas tanam, meningkatkan produksi, dan menyejahterakan petani,” ujar Budisatrio di Jakarta, Jumat (17/10/2025).
Ia menambahkan, indikator keberhasilan dapat dilihat dari peningkatan produksi padi, cadangan beras pemerintah yang mencapai rekor tertinggi, turunnya harga pupuk, serta penyederhanaan regulasi pertanian.
Selain itu, pemerintah juga menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan jagung guna menjaga stabilitas harga di tingkat petani.
“Semua itu berdampak pada turunnya angka kemiskinan dan inflasi yang tetap terkendali,” tambahnya.
Langkah nyata lainnya adalah penyederhanaan 145 regulasi distribusi pupuk bersubsidi, sehingga penyalurannya menjadi lebih cepat dan tepat sasaran.
Kini, petani dapat menikmati manfaat prinsip “7 Tepat”: tepat jenis, dosis, waktu, cara, tempat, mutu, dan sasaran.
Melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 1117/Kpts./SR.310/M/10/2025, pemerintah juga menurunkan harga pupuk subsidi sebesar 20 persen.
Urea: turun dari Rp2.250 menjadi Rp1.800/kg.
NPK Phonska: turun dari Rp2.300 menjadi Rp1.840/kg.
ZA untuk tebu: Rp1.360/kg.
NPK Kakao: Rp2.640/k•
Pupuk organik: Rp640/kg
Kebijakan ini disambut positif oleh petani di berbagai daerah, terutama menjelang musim tanam.
Budisatrio menilai kebijakan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah benar-benar hadir di tengah petani.
“Program perluasan tanam, optimalisasi irigasi, dan modernisasi pertanian mulai memberikan hasil konkret. Ini menjadi fondasi kuat menuju kedaulatan pangan nasional,” ujarnya.
Dalam Visi “Asta Cita”, pemerintahan Prabowo menempatkan Swasembada Pangan sebagai salah satu prioritas utama.
Di tengah situasi global yang tidak menentu, langkah ini dianggap tepat.
Menurut laporan Global Report on Food Crises 2025, lebih dari 295 juta orang di 53 negaraterancam kelaparan akut — naik 13,7 juta orang dibanding tahun sebelumnya.
Kondisi ini menegaskan pentingnya setiap negara memperkuat ketahanan pangan domestik.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Pemuda Tani Indonesia, Suroyo, menegaskan bahwa swasembada pangan tidak hanya diukur dari angka produksi, melainkan juga dari peningkatan kesejahteraan petani.
“Swasembada harus sejalan dengan kemakmuran petani. Dalam satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo, Nilai Tukar Petani (NTP) naik dari 120,3 pada September 2024 menjadi 124,36 pada September 2025,” ungkapnya.
Menurutnya, kenaikan NTP tersebut menjadi bukti meningkatnya daya beli dan kesejahteraan petani di tengah stabilitas harga hasil pertanian.
Lebih lanjut, Suroyo menjelaskan bahwa dalam satu tahun terakhir, Pemuda Tani Indonesia telah aktif menggerakkan program penanaman dan panen raya padi sawah, padi gogo, jagung, dan tanaman perkebunan di berbagai daerah sebagai dukungan terhadap program pemerintah.
“Kami mengajak seluruh elemen pertanian — mulai dari pemerintah daerah, petani, penyuluh, hingga mitra swasta — untuk bersama menjaga momentum ini.
Mari kita dorong agar Indonesia benar-benar mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan dan menyejahterakan petani,” pungkasnya.
