Karya Indonesia – Ketegangan di Asia Timur kembali meningkat setelah China mengerahkan kapal Penjaga Pantai dan pesawat nirawak militernya untuk berpatroli di sekitar Kepulauan Senkaku, wilayah yang masih menjadi sengketa dengan Jepang.
Langkah tersebut dilakukan menyusul pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi yang menegaskan bahwa Tokyo siap memberikan respons militer jika China menyerang Taiwan.
Dalam pernyataannya, Penjaga Pantai China menyebut bahwa armada mereka, termasuk kapal dengan sandi 1307, tengah melaksanakan “patroli penegakan hak” di perairan yang mereka klaim sebagai Kepulauan Diaoyu. Beijing menyatakan operasi tersebut sah sebagai bagian dari upaya menjaga kedaulatan mereka, seperti dikutip Reuters, Senin (17/11/2025).
Respons Keras Beijing Terhadap Jepang
China menilai pernyataan PM Takaichi sebagai provokasi dan meminta agar Tokyo menarik kembali ucapan tersebut. Beijing, yang masih mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, menegaskan tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mencapai apa yang mereka sebut sebagai “penyatuan kembali”.
Sementara itu, Taiwan kembali menolak keras kemungkinan berada di bawah pemerintahan China dan menegaskan akan mempertahankan status quo serta kesiapannya untuk membela diri.
Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan peningkatan signifikan aktivitas militer China dalam 24 jam terakhir. Sebanyak 30 pesawat tempur, tujuh kapal Angkatan Laut, dan satu kapal tambahan—diduga milik Penjaga Pantai—terdeteksi di sekitar pulau tersebut. Tiga drone juga terpantau melintas di antara Taiwan dan kepulauan Jepang, termasuk mendekati Pulau Yonaguni.
Taiwan menyebut intensitas patroli ini sebagai bagian dari tekanan militer yang terus berlanjut selama beberapa bulan terakhir.
Sejak pernyataan PM Takaichi, hubungan diplomatik kedua negara kian panas. Komentar konsul jenderal China di Osaka—yang dianggap menghina Jepang—memicu protes resmi Tokyo. Beijing bahkan memanggil duta besar Jepang untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun.
Selain itu, China memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Jepang, disusul tiga maskapai asal China yang mengizinkan pembatalan tiket tanpa biaya. Pemerintah China juga mengimbau mahasiswa untuk mempertimbangkan ulang rencana studi ke Jepang karena situasi keamanan yang dinilai tidak stabil.
Pengurangan jumlah mahasiswa China dikhawatirkan dapat memengaruhi sejumlah universitas di Jepang, mengingat mahasiswa asal China merupakan kelompok terbesar dengan lebih dari 123.000 orang tercatat tahun lalu.
Media pemerintah China menuduh PM Takaichi berusaha mencari keuntungan politik melalui pernyataan provokatif. Dalam editorialnya, Beijing mengingatkan bahwa konflik antara kedua negara dapat meluas dan melibatkan Amerika Serikat sebagai sekutu utama Jepang.
Jepang selama ini mempertahankan sikap “ambiguitas strategis” terkait Taiwan. Namun, pernyataan terbaru Takaichi menunjukkan perubahan signifikan dalam kebijakan keamanan Tokyo di tengah meningkatnya ancaman regional.
