Karya Indonesia – Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Taman Rajekwesi di Kabupaten Bojonegoro mencatatkan pelayanan hingga 3.000 penerima manfaat setiap hari dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Sebagai SPPG pertama yang beroperasi sejak 6 Januari 2025, dapur ini kini menjadi model percontohan bagi SPPG lain di Bojonegoro.
Kepala Dapur SPPG Taman Rajekwesi, Friska Oktaviani Yashinta, mengatakan proses memasak dimulai sejak pukul 02.00 WIB agar makanan tersaji tepat waktu dan dengan kualitas terbaik.
Ia menegaskan, SPPG ini telah menjadi tempat belajar banyak pihak.
“SPPG Taman Rajekwesi adalah SPPG pertama di Bojonegoro. Hampir semua SPPG sudah pernah berkunjung, mulai dari ahli gizi hingga para kepala SPPG,” ujar Friska, Rabu (19/11/2025).
SPPG ini berdiri di atas tanah milik TNI-AD Kodim 0813 Bojonegoro.
Tak hanya unggul secara operasional, SPPG Taman Rajekwesi dikenal inovatif dalam penyajian menu.
Ahli gizi SPPG, Alfai Nina Safitri, menjelaskan bahwa timnya berkomitmen menggunakan pangan lokal dengan tetap menjaga keseimbangan gizi.
Menurutnya, banyak anak sekolah kurang tertarik pada pangan lokal bila disajikan secara sederhana. Karena itu, SPPG mengolah bahan tersebut menjadi sajian yang lebih menarik, namun tetap sehat.
“Singkong, misalnya, kami olah menjadi singkong Thailand yang manis tetapi gula tetap terkontrol,” jelas Alfai.
Ia juga memperkenalkan inovasi nuget telur, yang diperkaya wortel dan sedikit daging ayam untuk meningkatkan nilai gizi.
Berbagai kreasi lain terus dikembangkan, seperti tempe karage, bola-bola ubi lumer isi keju coklat, hingga jasuke, semuanya tetap mempertahankan cita rasa asli dengan takaran manis, gurih, dan asin yang terukur.
“Bahkan puding pun kami buat tidak terlalu manis. Prinsipnya: tampilannya menarik, rasanya disukai, tetapi gizinya tetap terjaga,” ujarnya.
Selain memasak, SPPG Taman Rajekwesi aktif melakukan edukasi ke sekolah-sekolah, memperkenalkan menu dan inovasi yang dikembangkan.
Respons siswa disebut sangat positif—bahkan banyak yang meminta orang tua mereka membuatkan menu serupa di rumah.
Namun, setiap usulan menu dari siswa tetap disaring sesuai standar gizi seimbang.
“Tidak semua permintaan bisa dipenuhi. Kami tetap menyesuaikan dengan kebutuhan gizi,” kata Alfai.
SPPG juga memperhatikan kondisi khusus siswa, seperti alergi, fobia makanan tertentu, hingga siswa SLB yang membutuhkan makanan free gluten atau free casein, sehingga disiapkan menu pengganti yang aman.
Dengan inovasi menu, konsistensi pelayanan, serta komitmen tinggi terhadap mutu gizi, SPPG Taman Rajekwesi kini tidak hanya menjadi yang pertama, tetapi juga menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan program SPPG di Kabupaten Bojonegoro.
