Karya Indonesia – Wakil Ketua Umum PB Ikami Sulsel, Ridwan Dani menyesalkan BPP KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan) yang gagal dalam mengorbitkan tokoh.
Menurut Ridwan Dani KKSS yang merupakan wadah menghimpun masyarakat Sulsel tanpa terkecuali dalam rangka menjaga silatuhrahim serta saling menokohkan ternyata berubah menjadi tempat pihak tertentu atau kaum elitis semata,
Menjelang Musyawarah Besar BPP KKSS, Wakil Ketua Umum PB Ikami Sulsel tersebut menegaskan bahwa KKSS harus dievaluasi dan dikembalikan seeperti tujuan awal dari pendirian organisasi paguyuban asal Sulsel tersebut.
Lahirnya KKSS
Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) berdiri di Jakarta pada 12 November 1976 dengan semangat yang luhur: menjadi wadah bagi perantau Sulawesi Selatan untuk saling membantu, mempererat kekeluargaan, serta berkontribusi bagi daerah asal. Organisasi ini lahir dari inisiatif banyak pihak, termasuk Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Sulawesi Selatan (IKAMI Sulsel), yang sejak awal turut berperan dalam membangun fondasi KKSS.
Namun, setelah hampir lima dekade berdiri, kita perlu bertanya: masihkah KKSS setia pada tujuan awalnya, atau justru tersesat dalam kepentingan segelintir elite?
Dari Wadah Kekeluargaan Menjadi Klub Eksklusif
BPP KKSS dahulu dikenal sebagai rumah bagi perantau dari Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja di seluruh Indonesia dan mancanegara. Sebuah organisasi yang hadir untuk semua golongan, dari mahasiswa, pekerja, pedagang kecil, hingga saudagar besar. Namun, realitas hari ini menunjukkan gambaran yang berbeda.
Alih-alih menjadi jembatan bagi seluruh perantau, BPP KKSS kini lebih sering berfungsi sebagai forum eksklusif bagi mereka yang berada di lingkaran elite—baik di dunia bisnis maupun pemerintahan.
Perannya semakin terbatas sebagai ‘pelayan kepentingan’ segelintir orang, sementara masyarakat Sulawesi Selatan yang berada dalam kesulitan justru sulit mengakses bantuan dan perhatian dari Kepengurusan pusat organisasi ini.
Di mana semangat “sipakatau, sipakalebbi, dan sipakainge” (saling menghormati, menghargai, dan mengingatkan) yang menjadi ruh orang Sulawesi Selatan?
Gagal Mencetak Tokoh, Gagal Menyerap Aspirasi
BPP KKSS memiliki mandat besar untuk memberdayakan dan mempromosikan anggotanya di berbagai bidang—politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, dalam satu dekade terakhir, KKSS nyaris tak berperan dalam melahirkan tokoh-tokoh baru dari Sulawesi Selatan di tingkat nasional.
Dibandingkan dengan era sebelumnya, ketika BPP KKSS setidaknya masih menjadi ruang bagi kader-kader potensial untuk tampil ke panggung nasional, kini organisasi ini seolah kehilangan fungsi strategisnya. Tak ada regenerasi kepemimpinan yang nyata, tak ada program pengembangan SDM yang progresif.
Akibatnya? Kita menyaksikan semakin sedikit tokoh asal Sulawesi Selatan yang memiliki peran signifikan di tingkat nasional. Generasi muda yang potensial justru lebih memilih jalur lain di luar KKSS, karena melihat organisasi ini tak lagi menjadi ruang yang relevan bagi mereka.
Padahal, dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KKSS, salah satu tujuannya jelas: meningkatkan kualitas sumber daya manusia anggota KKSS dan menanamkan motivasi pengabdian bagi anggotanya di mana pun mereka berada.
Apakah tujuan ini masih relevan bagi kepemimpinan KKSS saat ini? yang di Nahkodai Muchlis Patahna Ataukah organisasi ini kini lebih sibuk mengurus kepentingan politik dan bisnis kelompok tertentu?
Momentum Mubes 2025: Reformasi atau Mati Perlahan
Pada 11-13 April 2025 mendatang, KKSS akan menggelar Musyawarah Besar (Mubes) di Makassar. Ini seharusnya menjadi momentum refleksi dan evaluasi menyeluruh bagi organisasi.
Mubes kali ini tak boleh hanya menjadi ajang seremonial atau transaksi politik antar-elite. Ini harus menjadi momen perubahan nyata bagi BPP KKSS untuk kembali kepada marwahnya: menjadi organisasi yang benar-benar peduli pada perantau Sulawesi Selatan, tanpa memandang status sosial atau ekonomi mereka.
Beberapa langkah konkret yang harus diambil untuk menyelamatkan KKSS dari krisis legitimasi:
1. Kepemimpinan yang Inklusif dan Progresif
Pemimpin baru KKSS haruslah seseorang yang memahami kebutuhan seluruh anggotanya, bukan hanya mereka yang berada dalam lingkaran elite. Figur yang mampu membuka ruang lebih besar bagi generasi muda, akademisi, aktivis sosial, dan profesional agar ikut membangun organisasi ini ke depan.
2.Revitalisasi Peran Sosial BPP KKSS
BPP KKSS harus kembali menjadi organisasi yang hadir dalam kehidupan nyata anggotanya. Program bantuan bagi perantau yang kesulitan, jaringan solidaritas untuk mahasiswa dan pekerja rantau, hingga advokasi bagi diaspora Sulawesi Selatan di luar negeri harus menjadi prioritas utama.
3.Fokus pada Pengembangan SDM dan Regenerasi Kepemimpinan
Sudah saatnya BPP KKSS memiliki program kaderisasi yang serius, mencetak lebih banyak tokoh publik yang bisa membawa nama Sulawesi Selatan ke panggung nasional dan internasional. Ini bisa dilakukan melalui beasiswa, pelatihan kepemimpinan, mentorship, dan networking yang lebih luas.
4.Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Kekeluargaan
BPP KKSS harus kembali ke akar kekeluargaannya, bukan sekadar kumpulan orang Sulawesi Selatan yang berkumpul untuk kepentingan pribadi, tapi benar-benar menjadi rumah bagi seluruh perantau.
Menolak Lupa, Menuntut Perubahan
Sebagai organisasi mahasiswa yang ikut menginisiasi lahirnya KKSS, IKAMI Sulsel tidak akan tinggal diam. Kami akan terus mengawal jalannya Mubes 2025 agar BPP KKSS benar-benar kembali kepada nilai-nilai dasarnya.
Organisasi ini terlalu berharga untuk dibiarkan menjadi sekadar klub eksklusif yang sibuk dengan kepentingan politik dan bisnis. BPP KKSS harus kembali menjadi wadah inklusif yang berdiri untuk semua, bukan hanya segelintir.
Jika tidak ada perubahan signifikan dalam kepemimpinan mendatang, maka kita hanya akan melihat BPP KKSS semakin kehilangan relevansinya, semakin jauh dari masyarakat, dan semakin tenggelam dalam pragmatisme sempit.
Kita tak ingin itu terjadi. Karena KKSS bukan milik elite. KKSS adalah milik kita semua.