Karya Indonesia — Kanker serviks sering disebut sebagai “silent killer” karena cenderung tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal.
Hal ini membuat banyak perempuan baru menyadari kondisi mereka ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut.
Menurut Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG (K), Subsp Onk , Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), penting bagi perempuan untuk waspada terhadap tanda-tanda dini yang muncul, meskipun itu bisa sangat samar.
Gejala Stadium Lanjut: Keputihan Tak Normal hingga Bocor Saluran Kencing
Saat kanker serviks memasuki stadium lanjut (terutama stadium 4) , sejumlah gejala mulai terasa dan bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Salah satu gejala yang sering dialami adalah:
1. Keputihan Abnormal
Keputihan berwarna putih atau kuning, bahkan berbau tidak sedap , menjadi salah satu tanda yang harus diwaspadai.
Prof Yudi menjelaskan bahwa jika keputihan sudah bercampur darah (berwarna merah ) dan berbau, ini bisa menjadi indikasi adanya lesi prakanker atau kanker serviks.
“Kalau keputihannya sudah berwarna, kuning, apalagi sampai berbau, itu bisa jadi tanda kanker serviks. Kalau keluar darah dari vagina tanpa sebab yang jelas, itu juga harus dicurigai,” ujar Prof Yudi saat hadir dalam konferensi pers Rekomendasi POGI tentang Vaksin HPV bagi Perempuan Pranikah dan Pasca Melahirkan di Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2025).
2. Perdarahan Saat Berhubungan Intim
Ini merupakan salah satu gejala yang paling sering dilaporkan oleh pasien.
Jika disertai nyeri saat berhubungan intim, hal ini dapat menandakan bahwa kanker telah menyebar ke jaringan sekitar leher rahim.
3. Keluhan Nyeri Panggul atau Punggung Bawah
Rasa sakit yang tidak biasa di daerah panggul atau punggung bawah bisa terjadi akibat penyebaran sel kanker ke jaringan sekitarnya.
4. Kebocoran Saluran Kencing atau Feses dari Vagina
Komplikasi yang lebih parah seperti fistula vesiko-vaginalis (lubang antara kandung kemih dan vagina) atau fistula rektovaginalis (lubang antara rektum dan vagina) dapat terjadi.
Akibatnya, pengidap bisa mengalami kebocoran urin atau feses melalui vagina , menandakan bahwa kanker sudah menyebar ke organ lain.
“Tambahan lagi kalau ke depan (kena) saluran kencing, bocor, ngompol terus. Itu sudah stadium 4A dan 4B,” jelas Prof Yudi.
Pentingnya Deteksi Dini
Karena sifatnya yang tidak bergejala di awal, kanker serviks bisa dicegah dengan deteksi dini secara rutin , seperti:
Pap smear
Tes HPV
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Vaksinasi HPV juga menjadi salah satu upaya pencegahan utama, terutama pada perempuan usia muda dan pranikah.
“Saya katakan, kanker serviks tidak perlu ditakuti tapi harus diwaspadai. Karena itu masih bisa kita berantas dengan baik,” tandas Prof Yudi.
Cegah Lebih Baik daripada Mengobati
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling mudah dicegah , tetapi sayangnya masih menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan di Indonesia. Data WHO menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kanker serviks bisa dideteksi lebih awal dan dicegah dengan vaksinasi serta skrining rutin.
Dengan vaksinasi HPV dan tes berkala, risiko terkena kanker serviks bisa ditekan secara signifikan. Oleh karena itu, Prof Yudi menekankan pentingnya edukasi dan akses layanan kesehatan bagi semua lapisan masyarakat.
Langkah Pencegahan yang Direkomendasikan:
Vaksinasi HPV
Diberikan kepada anak perempuan usia 9–14 tahun, dan perempuan dewasa hingga usia 45 tahun
Pap Smear Rutin
Disarankan setiap 3–5 tahun untuk wanita usia reproduktif
Tes HPV DNA
Sebagai pendamping pap smear untuk deteksi virus HPV yang berisiko tinggi
Pola Hidup Sehat
Hindari rokok, jaga kebersihan alat kelamin, hindari hubungan seksual dini
Kesimpulan
Kanker serviks memang sulit dideteksi pada tahap awal, namun bukan berarti tidak bisa dicegah. Dengan kesadaran akan pentingnya vaksinasi, skrining rutin, dan gaya hidup sehat , angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks di Indonesia bisa ditekan secara signifikan.