Menu

Dark Mode
Dua Pelaku Pelecehan Seksual Anak Disabilitas di Jakarta Timur Ditangkap Polisi

Internasional

AS Klaim Beri Peringatan Dua Jam ke Iran Sebelum Serang Fasilitas Nuklir

Perbesar

Karya Indonesia — Mantan penasihat Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), Kolonel (Purn.) Douglas Macgregor , mengungkapkan bahwa pemerintah AS telah memberikan peringatan kepada Iran dua jam sebelum melancarkan serangan udara ke fasilitas nuklir negara tersebut.

“Biar jelas, Amerika Serikat memperingatkan Iran dua jam sebelum mengebom fasilitas nuklir mereka bahwa serangan akan datang,” kata Macgregor dalam unggahannya di platform X (dulunya Twitter).

Pernyataan ini muncul menyusul eskalasi besar antara Israel dan Iran yang berlangsung selama 12 hari. Konflik dimulai pada 13 Juni 2025 , ketika Israel melancarkan operasi militer besar-besaran ke wilayah Iran dengan tuduhan bahwa Teheran menjalankan program nuklir militer secara rahasia .

Operasi Militer Israel ke Iran
Serangan Israel terhadap Iran mencakup:

Serangan udara yang menargetkan fasilitas pengayaan uranium di Natanz, Fordo, dan Isfahan.
Penyusupan oleh pasukan khusus untuk menghancurkan infrastruktur strategis.
Target utama juga mencakup jenderal dan ilmuwan nuklir Iran , serta pangkalan-pangkalan udara penting.
Iran membantah klaim Israel tentang program nuklir militer dan menegaskan bahwa semua aktivitas nuklirnya bersifat damai dan sesuai ketentuan internasional.

Sebagai respons, Iran meluncurkan Operasi True Promise 3 pada malam yang sama, yang menembakkan rudal balistik ke sejumlah lokasi strategis di Israel.

Amerika Serikat Ikut Campur
Eskalasi konflik mencapai titik tertinggi saat Amerika Serikat ikut menyerang Iran pada 22 Juni 2025 , atas permintaan dan koordinasi langsung dengan Israel. Serangan udara AS menghantam tiga situs nuklir utama Iran, yang disebut Washington sebagai ancaman laten bagi stabilitas global.

Namun, serangan tersebut menuai kecaman dari komunitas internasional, termasuk PBB, yang khawatir akan dampaknya terhadap hukum internasional dan kesepakatan non-proliferasi nuklir.

Respons Balasan Iran
Pada 23 Juni 2025 , Iran menembakkan rudal balistik ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar , markas utama pasukan AS di Timur Tengah. Namun, Teheran menegaskan bahwa serangan itu tidak dimaksudkan untuk meningkatkan ketegangan, melainkan sebagai balasan simbolis atas intervensi AS.

Presiden Donald Trump mengklaim bahwa serangan Iran hanya sebagai “pelampiasan emosional” dan bukan pembuka front baru dalam konflik.

“Saya harap ini adalah pelampiasan semata dan membuka jalan bagi perdamaian di Timur Tengah,” ujar Trump dalam pernyataan resminya.

Ia juga menyampaikan bahwa Israel dan Iran telah sepakat untuk mengakhiri konflik setelah gencatan senjata resmi dicapai pada 24 Juni 2025 .

Kontroversi Serangan ke Fasilitas Nuklir
Langkah AS dan Israel dalam menyerang fasilitas nuklir Iran mendapat sorotan keras dari banyak pihak. Para analis menyebut serangan ini bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan dapat merusak integritas Badan Energi Atom Internasional (IAEA) .

Beberapa jam sebelum serangan AS, intelijen AS menyimpulkan bahwa meskipun Iran memiliki ambisi nuklir, program tersebut masih dalam tahap awal dan belum mengarah pada pengembangan senjata nuklir.

Meski begitu, Washington tetap berdiri tegak dengan argumen bahwa serangan preemtif diperlukan untuk mencegah ancaman masa depan .

Penolakan Internasional dan Kecaman
Negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Turki, dan Rusia menyatakan keprihatinan atas eskalasi konflik yang bisa memicu perang regional. Sementara Iran, melalui Menteri Luarnya Abbas Araghchi, menyebut serangan AS-Israel sebagai bentuk agresi brutal yang melanggar kedaulatan nasional.

Iran juga menangguhkan kerja sama sementara dengan IAEA, dengan alasan bahwa lembaga tersebut gagal menjaga netralitas dalam krisis ini.

Gencatan Senjata Resmi Diumumkan
Setelah 12 hari konflik, Presiden Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran sepakat menghentikan serangan dan mulai menjalani gencatan senjata.

“Kami berhasil mediasi gencatan senjata antara Israel dan Iran. Ini adalah langkah awal menuju perdamaian di Timur Tengah,” ujar Trump melalui Truth Social.

Namun, beberapa analis mempertanyakan keberhasilan diplomasi Trump, karena baik Israel maupun Iran belum memberikan pernyataan resmi atau rincian lebih lanjut terkait isi kesepakatan tersebut.

Dampak Jangka Panjang
Konflik Israel-Iran yang melibatkan AS sebagai aktor eksternal ini memperlihatkan semakin kompleksnya dinamika geopolitik di Timur Tengah. Selain risiko perang besar, dunia juga harus menghadapi potensi pencemaran radiasi nuklir , serta keruntuhan sistem kontrol senjata internasional .

Langkah AS dan sekutu Barat lainnya dalam menyerang fasilitas nuklir Iran juga berpotensi menjadi preseden buruk bagi negara-negara yang ingin mengembangkan energi nuklir untuk tujuan sipil.

Kesimpulan
Keterlibatan AS dalam konflik Israel-Iran tahun 2025 memperlihatkan pendekatan agresif pemerintahan Trump dalam isu keamanan nasional. Meskipun klaim keberhasilan diplomasi dan gencatan senjata telah dilontarkan, stabilitas kawasan Timur Tengah tetap dalam kondisi rentan.

Langkah-langkah diplomatik dan perlucutan senjata harus terus digalakkan agar ketegangan tidak kembali meledak dalam skala yang lebih besar.

Facebook Comments Box

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Guterres Peringatkan Kehancuran Massal di Gaza, Desak Gencatan Senjata Segera

22 August 2025 - 19:09 WIB

Trump: Peluang Masuk Surga Lebih Besar Jika Bisa Damai Rusia–Ukraina

20 August 2025 - 11:37 WIB

Trump Dorong Perdamaian Rusia–Ukraina, Bahas Pertukaran Wilayah dan Jaminan Keamanan

19 August 2025 - 11:00 WIB

Trump Ultimatum Putin di KTT Alaska: Gencatan Senjata Ukraina atau Hadapi Konsekuensi Berat

14 August 2025 - 09:42 WIB

Australia Segera Akui Negara Palestina, Selandia Baru Masih Pertimbangkan Langkah Serupa

12 August 2025 - 11:27 WIB

Trending on Internasional