Karya Indonesia – Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) menyampaikan kecaman keras atas insiden tragis yang menewaskan sedikitnya 15 warga Palestina, termasuk sembilan anak dan empat perempuan, saat mereka mengantre bantuan gizi di Deir al-Balah, Jalur Gaza, pada Kamis pagi (10/7/2025).
Dalam pernyataan resminya, Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengaku sangat terkejut dan berduka atas peristiwa tersebut. Insiden terjadi di lokasi distribusi bantuan yang dijalankan oleh mitra UNICEF, Project Hope.
“Kami terkejut dengan laporan tentang kematian 15 warga Palestina, termasuk sembilan anak dan empat perempuan, yang sedang menunggu bantuan gizi untuk anak-anak mereka,” kata Russell.
Selain korban jiwa, sedikitnya 30 orang terluka, termasuk 19 anak-anak.
Di antara korban terdapat seorang balita bernama Mohammed (1 tahun), yang menurut ibunya, Donia, baru saja mengucapkan kata-kata pertamanya sebelum tewas dalam ledakan.
Donia sendiri selamat namun mengalami luka parah dan kini dirawat di rumah sakit. Dalam kondisi trauma, ia masih menggenggam sepatu kecil milik anaknya.
“Tidak ada orang tua yang seharusnya menghadapi tragedi seperti ini,” ujar Russell.
Seruan UNICEF: Serangan Terhadap Warga Sipil Tak Bisa Ditoleransi
UNICEF menegaskan bahwa serangan terhadap warga sipil yang sedang mengakses bantuan seperti pangan, air, dan layanan kesehatan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional.
“Kelangkaan bantuan selama berbulan-bulan telah menyebabkan anak-anak kelaparan dan meningkatkan risiko bencana kemanusiaan yang lebih luas,” jelas UNICEF.
UNICEF mendesak agar semua pihak, termasuk Israel, meninjau kembali aturan keterlibatan militer untuk menjamin perlindungan anak-anak dan warga sipil.
Lembaga internasional ini juga menyerukan agar dilakukan penyelidikan independen dan menyeluruh terhadap insiden tersebut, termasuk semua dugaan pelanggaran lainnya.
Desakan untuk Gencatan Senjata Permanen
Dalam pernyataannya, Catherine Russell kembali menegaskan pentingnya gencatan senjata segera dan permanen, serta akses aman dan tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan di seluruh wilayah Gaza.
“Kematian dan penderitaan anak-anak harus dihentikan sekarang. Semua pihak harus melindungi warga sipil, anak-anak, dan pekerja kemanusiaan,” tegasnya.
Situasi kemanusiaan di Gaza saat ini disebut semakin memburuk. Data menunjukkan puluhan ribu warga, mayoritas anak-anak dan perempuan, menjadi korban sejak konflik kembali memanas pada Oktober 2023.
UNICEF menyampaikan belasungkawa mendalam kepada seluruh keluarga yang kehilangan, dan kepada mitra-mitra di lapangan yang terus bekerja dalam situasi berbahaya demi menyelamatkan nyawa anak-anak.