Karya Indonesia – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan peluang dirinya masuk surga akan lebih besar jika berhasil mendamaikan perang Rusia–Ukraina.
Dalam wawancara dengan program Fox & Friends di Fox News, Trump menyebut ambisinya menengahi konflik kedua negara bukan hanya demi Hadiah Nobel Perdamaian, tetapi juga demi keselamatan akhiratnya.
“Saya ingin mencoba masuk surga jika memungkinkan,” kata Trump sambil bergurau kepada wartawan. “Saya dengar kabar saya tidak punya peluang besar, saya benar-benar di posisi terbawah! Tapi kalau saya bisa masuk surga, ini akan menjadi salah satu alasannya.”
Ambisi Damai dan Nobel Perdamaian
Trump, yang kini berusia 79 tahun, berulang kali mengutarakan keinginannya membantu mengakhiri perang Rusia–Ukraina. Ia menilai, pencapaian itu layak diganjar Hadiah Nobel Perdamaian.
Meski demikian, komentar terbarunya mencerminkan sisi religius yang semakin menonjol sejak ia lolos dari upaya pembunuhan tahun lalu. Pada pelantikan periode keduanya Januari 2025 lalu, Trump bahkan menyebut dirinya telah “diselamatkan oleh Tuhan untuk membuat Amerika hebat kembali.”
Citra Religius Trump
Didukung basis pemilih religius sayap kanan, Trump kini semakin menekankan simbol-simbol iman dalam pemerintahannya. Ia menunjuk pendeta Paula White sebagai penasihat rohani resmi di Gedung Putih, yang kerap memimpin doa bersama dan peletakan tangan oleh jemaat pada tubuh Trump.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan ucapan Trump tidak sekadar candaan. “Saya pikir presiden memang ingin masuk surga, seperti halnya kita semua di ruangan ini,” ujarnya.
Latar Belakang Kontroversi
Trump dikenal sebagai presiden kontroversial. Ia menjadi presiden pertama AS yang divonis hukuman pidana terkait pembayaran uang tutup mulut kepada bintang porno. Namun, belakangan ia semakin menonjolkan sisi religiusitasnya, sejalan dengan pengaruh politik dari kelompok evangelis di Amerika Serikat.