Karya Indonesia – Tim rescue Kota Surabaya bersama tim gabungan berhasil mengevakuasi sejumlah santri korban reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo. Proses penyelamatan berlangsung dramatis di tengah medan sempit dan penuh risiko.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya, Laksita Rini Sevriani, mengatakan evakuasi dilakukan dengan peralatan khusus seperti kamera dan live detector untuk melacak posisi korban.
“Situasinya sangat sulit. Dengan alat yang kita miliki, tim bisa memantau posisi para korban meski terjepit reruntuhan,” ujarnya, Rabu (1/10).
Beberapa santri yang berhasil diselamatkan antara lain Yusuf, Haikal, dan Deni. Yusuf dievakuasi terlebih dahulu, sedangkan proses penyelamatan Haikal berlangsung lebih sulit karena tubuhnya terjepit material reruntuhan.
“Alhamdulillah, Haikal akhirnya bisa diselamatkan meski kondisinya masih status kuning dan membutuhkan perawatan intensif,” jelas Laksita.
Tim rescue juga berupaya menjaga kondisi psikologis korban dengan terus berkomunikasi. Santri diajak berbicara agar tetap tenang, bahkan sempat diberi makanan dan minuman melalui celah sempit reruntuhan.
“Komunikasi itu penting, kami berikan semangat agar mereka sadar dan bertahan,” katanya.
Laksita menambahkan, medan evakuasi sangat ekstrem, bahkan anggota tim harus merayap di celah beberapa sentimeter di antara puing-puing bangunan. Kondisi makin berisiko setelah gempa yang terjadi pada Selasa (30/9) malam dikhawatirkan membuat struktur bangunan bergeser.
Dalam operasi gabungan ini, DPKP Surabaya mengerahkan dua tim rescue berisi 6–8 personel, bekerja sama dengan Basarnas serta tim penyelamat lain di berbagai sisi reruntuhan.
“Medannya sulit, tapi tim bekerja maksimal demi menyelamatkan nyawa para santri,” pungkas Laksita.
