Karya Indonesia – Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas , menunjukkan itikad baik dengan berupaya memenuhi janjinya untuk kembali menemui para mahasiswa yang melakukan demonstrasi menolak Revisi Undang-Undang (RUU) TNI di Gedung DPR pada Rabu (19/3).
Namun, upayanya tak membuahkan hasil karena massa mahasiswa ternyata sudah membubarkan diri sebelum ia kembali dari rapat internal mengenai RUU tersebut.
Dialog Awal dengan Mahasiswa
Pada sore hari, Supratman sempat berdialog langsung dengan para pendemo di area Gerbang Pancasila, Gedung DPR. Bersama anggota Komisi III DPR, Vita Ervina , Supratman duduk dikelilingi oleh para mahasiswa dan mendengarkan tuntutan mereka selama sekitar 15 menit.
Dialog ini menjadi momen interaktif antara pemerintah dan masyarakat sipil, meski suasana tetap tegang akibat perbedaan pandangan terkait RUU TNI.
Setelah mendengarkan aspirasi para mahasiswa, Supratman berjanji akan menyampaikan semua tuntutan mereka kepada forum rapat internal di DPR. Ia juga menegaskan niatnya untuk kembali menemui para demonstran setelah rapat selesai.
“Pokoknya prinsipnya semua saya sudah dengar tuntutan kawan-kawan, tugas saya sekarang adalah untuk menyampaikan. Nanti akan saya temui kembali untuk sampaikan hasilnya,” ujar Supratman dalam dialog tersebut.
Massa mahasiswa, yang tampak serius menyampaikan aspirasi, juga memberikan respons tegas. Salah satu perwakilan mahasiswa bahkan menegaskan bahwa mereka akan tetap menunggu Supratman hingga malam hari, jika perlu.
“Kami akan tunggu di sini sampai malam. Bapak nggak akan bisa pulang, saya pastikan Bapak nggak akan bisa pulang, Bapak akan nginep di Gedung Parlemen ini,” kata salah satu mahasiswa dengan nada tegas.
Janji yang Tak Terealisasi
Setelah menyelesaikan rapat internal mengenai RUU TNI, Supratman kembali ke lokasi demonstrasi untuk memenuhi janjinya. Namun, saat tiba di Gerbang Pancasila, ia mendapati bahwa massa mahasiswa telah membubarkan diri.
Para demonstran tidak lagi berada di lokasi, meskipun sebelumnya mereka berjanji akan menunggu hingga malam.
“Sudah bubar ya? Waduh, saya kan janji mau ketemu lagi. Ya sudah, yang penting kita sudah penuhi tuntutan mereka, untuk datang menemui kembali ya,” kata Supratman dengan nada kecewa.
Ia menyesalkan keputusan mahasiswa untuk membubarkan diri sebelum pertemuan kedua dapat dilakukan. Menurutnya, dialog lanjutan sangat penting untuk menjembatani pemahaman antara pihak pemerintah dan mahasiswa.
Respons Terhadap Sikap Mahasiswa
Sikap mahasiswa yang memilih membubarkan diri sebelum Supratman kembali memicu berbagai tanggapan.
Sebagian pihak memandang bahwa pembubaran massa tanpa menunggu hasil rapat menunjukkan kurangnya kesabaran atau koordinasi dari para demonstran. Di sisi lain, ada yang memahami bahwa massa mungkin lelah atau merasa aspirasi mereka tidak akan ditindaklanjuti secara serius.
Namun, Supratman tetap menegaskan bahwa ia telah berupaya maksimal untuk mendengarkan dan menyampaikan aspirasi mahasiswa kepada forum rapat internal.
Ia berharap dialog seperti ini dapat terus dilakukan di masa depan untuk menciptakan saluran komunikasi yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat.
Tuntutan Mahasiswa dan Polemik RUU TNI
Demonstrasi mahasiswa di Gedung DPR merupakan bentuk penolakan terhadap RUU TNI, yang dinilai berpotensi melemahkan prinsip supremasi sipil dan menghidupkan kembali praktik dwifungsi ABRI era Orde Baru.
Para demonstran khawatir bahwa revisi ini akan memberikan peran politik dan bisnis yang lebih besar kepada militer, sehingga mengancam demokrasi Indonesia.
Merespons hal ini, Supratman menegaskan bahwa pemerintah akan mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa, dalam proses pembahasan RUU tersebut. Namun, ia juga menekankan pentingnya dialog konstruktif untuk memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan bangsa.
Harapan untuk Dialog Konstruktif
Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya komunikasi yang transparan dan efektif antara pemerintah dan masyarakat. Meskipun dialog awal sempat terjadi, pembubaran massa mahasiswa sebelum pertemuan kedua menunjukkan adanya tantangan dalam membangun kepercayaan dan kerja sama.
Supratman berharap agar ke depannya, aksi demonstrasi dapat diiringi dengan komitmen bersama untuk mencari solusi melalui dialog yang berkelanjutan. “Kita harus terus berusaha membangun jembatan komunikasi. Jangan sampai ada kesalahpahaman yang berlarut-larut,” tutupnya.