Karya Indonesia, Bojonegoro – Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bojonegoro, Cantika Wahono, menyatakan optimisme tinggi terhadap penurunan angka stunting di wilayahnya.
Hal ini disampaikan saat melakukan kunjungan kerja dan penyaluran makanan tambahan bagi balita stunting, ibu hamil kurang gizi, dan lansia di Balai Desa Jelu, Kecamatan Ngasem, Rabu (23/07/2025).
Dalam keterangannya, Cantika menyebut bahwa penurunan angka stunting menjadi salah satu program prioritas pembangunan kesehatan Kabupaten Bojonegoro tahun 2025.
“Ini adalah prestasi yang sangat luar biasa bagi Kabupaten Bojonegoro,” ujarnya merespons hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2024 yang menunjukkan angka stunting turun menjadi 12%, dari sebelumnya 14,1% pada 2023, atau mengalami penurunan sebesar 2,1%.
Prevalensi Stunting Bojonegoro: Terus Menuju Target Nasional
Berdasarkan data per Mei 2025, jumlah balita stunting di Kabupaten Bojonegoro tercatat sebanyak 1.357 anak, dengan prevalensi 2,0%.
Adapun di Kecamatan Ngasem, angka stunting masih berada di kisaran 4,27%, dengan 58 kasus tercatat, sementara Desa Jelu sendiri menyumbang 8 kasus bayi stunting hingga Mei 2025.
Program Berkelanjutan: Fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Cantika menjelaskan bahwa fokus utama Pemkab Bojonegoro adalah memperkuat intervensi gizi spesifik dan sensitif pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yakni periode emas sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dalam waktu panjang. Maka penanganan sejak awal, termasuk bagi ibu hamil kurang gizi, menjadi kunci,” jelasnya.
Program pemberian makanan tambahan dan edukasi gizi akan terus dilakukan secara berkelanjutan, bekerja sama dengan puskesmas, kader posyandu, dan tim PKK desa.
Sinergi Semua Pihak Diperlukan
Cantika juga mengajak semua pihak — mulai dari pemerintahan desa, tenaga kesehatan, hingga masyarakat — untuk bersama-sama mengawal target nasional penurunan stunting ke angka 14% secara nasional dan lebih rendah di tingkat kabupaten.
“Kalau kita bekerja bersama, mengawal data, intervensi tepat sasaran, serta memberi edukasi yang benar, kita bisa membuat generasi Bojonegoro tumbuh sehat dan cerdas,” tutupnya.