Karya Indonesia, Bojonegoro – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terus menunjukkan komitmennya dalam menjamin akses air bersih bagi masyarakat melalui program pemasangan Instalasi Pemanenan Air Hujan (IPAH).
Hingga pertengahan tahun 2025, sebanyak 76 unit IPAH telah terpasang di 19 desa yang tersebar di tujuh kecamatan.
Program ini dijalankan melalui kolaborasi strategis antara Pemkab Bojonegoro dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro), serta mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Ademos, PT. ADS, dan Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dinpora) Bojonegoro.
IPAH: Solusi Inovatif Atasi Krisis Air di Wilayah Rawan
IPAH terdiri dari dua jenis, yakni IPAH pribadi berkapasitas 1.200 liter dan IPAH komunal berkapasitas 2.000 liter.
Teknologi ini dirancang untuk menangkap dan menyimpan air hujan dari atap rumah atau bangunan, yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian masyarakat.
Desa Kedungadem, Kecamatan Kedungadem, menjadi salah satu penerima manfaat awal dengan 10 unit IPAH pribadi hasil sinergi bersama Ademos.
Sementara itu, di Kecamatan Gondang, sebanyak 23 unit IPAH telah dipasang di enam desa, yakni Gondang, Senganten, Sambongrejo, Krondonan, Jari, dan Pragelan.
Kecamatan Tambakrejo tercatat sebagai wilayah penerima IPAH terbanyak, yakni 26 unit, dengan dukungan dari PT. ADS dan Dinpora.
Enam unit di antaranya merupakan IPAH komunal yang terpasang di GOR Tambakrejo. Selain itu, program ini juga menyasar Desa Jatimulyo, Kalisumber, Gamongan, dan Malingmati.
Di Kecamatan Sekar, 9 unit IPAH pribadi telah dipasang di Desa Bareng dan Miyono. Sedangkan masing-masing 3 unit IPAH dipasang di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngraho, dan Desa Meduri, Kecamatan Margomulyo.
Unigoro: Air Hujan Bisa Jadi Solusi Masa Depan
Ketua LPPM Unigoro, Dr. Laily Agustina Rahmawati, menjelaskan bahwa pemanfaatan air hujan melalui IPAH adalah bentuk adaptasi cerdas terhadap kondisi geografis Bojonegoro yang kerap menghadapi tantangan ketersediaan air bersih.
“Selama ini air hujan hanya menjadi limpasan yang tak termanfaatkan. Melalui IPAH, kami ingin mengubah air hujan menjadi sumber yang bisa diandalkan, terutama di kawasan rawan air,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan IPAH juga ditentukan oleh partisipasi aktif masyarakat dalam penyediaan tampungan air secara mandiri, serta penerapan sumur resapan dan penghijauan sebagai sistem pendukung jangka menengah.
“Kami yakin, jika semua elemen bergerak bersama—dari pemerintah, kampus, hingga masyarakat—ketahanan air di Bojonegoro bukan sekadar harapan, melainkan keniscayaan,” pungkas Dr. Laily.
Arah Kebijakan yang Berkelanjutan
Program pemasangan IPAH ini dinilai sebagai langkah konkret dalam menghadapi potensi kekeringan akibat perubahan iklim serta sebagai strategi efisien dalam pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat.
Dengan sinergi lintas sektor, Pemkab Bojonegoro berharap keberadaan IPAH tidak hanya memberikan solusi sementara, namun menjadi pondasi keberlanjutan dalam membangun masyarakat yang mandiri, sehat, dan tangguh terhadap krisis air.