Karya Indonesia – Ketegangan lama di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali pecah setelah militer Thailand melancarkan serangan udara ke sejumlah titik di wilayah sengketa pada Senin.
Insiden ini menjadi eskalasi paling serius setelah gencatan senjata yang disepakati beberapa bulan lalu praktis runtuh.
Militer Thailand menyatakan operasi udara dilakukan setelah pasukan Thailand ditembaki militer Kamboja di dua lokasi di Provinsi Ubon Ratchathani pada Minggu dan Senin pagi. Satu tentara Thailand tewas dan 18 lainnya luka-luka.
“Operasi udara telah dimulai untuk menghantam sasaran militer di sejumlah area,” demikian pernyataan resmi militer Thailand dikutip Reuters.
Kamboja membantah tuduhan tersebut. Kementerian Pertahanan Kamboja menyebut Thailand justru menyerang dua pos mereka pada dini hari setelah “berhari-hari provokasi”.
Menteri Penerangan Kamboja, Neth Pheaktra, menyatakan empat warga sipil tewas akibat penembakan Thailand di Provinsi Preah Vihear dan Oddar Meanchey. Sekitar 10 warga lainnya luka-luka, termasuk seorang jurnalis yang terkena pecahan roket.
Akibat serangan udara Thailand, 35.000 warga Kamboja dievakuasi dari wilayah perbatasan.
Hingga kini masih belum ada laporan korban tambahan dari serangan jet tempur Thailand di wilayah Kamboja.
Ketegangan Thailand–Kamboja merupakan konflik bersejarah yang tak kunjung selesai, terutama terkait sengketa perbatasan sepanjang 817 km yang sebagian besar belum terdelineasi secara jelas.
Persoalan bermula dari peta Prancis tahun 1907, yang dianggap legal oleh Kamboja namun ditolak Thailand karena dinilai tidak akurat.
Wilayah paling sensitif adalah Kuil Preah Vihear, kompleks candi Hindu abad ke-9–12 yang berada di tebing Dângrêk. Pada 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan Preah Vihear masuk wilayah Kamboja, keputusan yang sejak awal ditolak sebagian publik Thailand.
Ketegangan meningkat lagi pada 2008 ketika Kamboja berhasil mendaftarkan Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, memicu bentrokan artileri yang menewaskan belasan orang pada 2008–2011.
Pada 2013, ICJ kembali menegaskan bahwa wilayah kuil berada dalam kedaulatan Kamboja, membuat situasi kembali tegang di Bangkok.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak kedua negara menahan diri dan kembali mematuhi gencatan senjata yang ditegakkan awal tahun ini.
“Menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Dari Washington, pemerintahan Presiden Donald Trump juga menekan kedua negara untuk menghormati komitmen gencatan senjata yang dibuat saat KTT ASEAN di Kuala Lumpur.
“Presiden Trump berkomitmen untuk menghentikan kekerasan dan mengharapkan kedua negara mematuhi kesepakatan damai,” ujar seorang pejabat senior AS yang dikutip Anadolu Agency.
Menanggapi eskalasi konflik, KBRI Phnom Penh mengeluarkan imbauan keselamatan bagi warga negara Indonesia (WNI) di Kamboja. Lima instruksi penting diberikan:
Tetap tenang dan menjaga kewaspadaan.
Mematuhi arahan otoritas setempat, termasuk pembatasan pergerakan.
Menghindari perjalanan ke wilayah terdampak seperti Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Banteay Meanchey.
Mengikuti informasi resmi dari pemerintah Kamboja dan KBRI.
Melakukan lapor diri melalui portal Peduli WNI.
KBRI memastikan pemantauan dilakukan secara intensif dan membuka jalur darurat:
WhatsApp Pelindungan WNI: +855 12 813 282
Hotline Konsuler: +855 61 844 661
