Karya Indonesia, Bojonegoro – Upaya mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal terus digalakkan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
Salah satu langkah inspiratif tersebut diwujudkan melalui pelatihan pembuatan media tanam jamur dari bonggol jagung, yang digelar di Desa Panjang, Kecamatan Kedungadem, Rabu (30/7).
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Balai Usaha Ekonomi Aisyiyah (BUEKA), Pemkab Bojonegoro, petani milenial, dan penyuluh pertanian.
Pelatihan ini menyasar peningkatan keterampilan masyarakat desa dalam mengelola limbah pertanian menjadi produk bernilai ekonomi.
Hadir sebagai narasumber, Andre Septia Wahyu Saputra, pemuda inspiratif asal Desa Mojorejo, Kecamatan Kedungadem.
Dalam sesi pelatihan, Andre membagikan pengalamannya mengolah bonggol jagung—yang kerap dianggap limbah—menjadi media tanam jamur produktif.
“Kita ingin buktikan bahwa limbah pertanian seperti bonggol jagung punya potensi besar jika dikelola dengan tepat. Ini langkah kecil yang bisa mendorong ekonomi desa dari sumber daya yang sudah ada,” jelas Andre.
Sunjarno, Penyuluh Lapangan Kecamatan Kedungadem, menambahkan bahwa pelatihan ini tidak hanya menekankan pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pentingnya kesadaran ekologis dalam pengelolaan limbah.
“Pelatihan ini bukan sekadar praktik, tapi juga edukasi agar masyarakat lebih bijak dan kreatif dalam memanfaatkan potensi lokal sambil menjaga lingkungan,” ujarnya.
Para peserta pelatihan mendapat pengetahuan dasar tentang teknik budidaya jamur, termasuk tahapan pembuatan media tanam dari bonggol jagung.
Harapannya, warga bisa memulai usaha produktif rumahan secara mandiri dan berkelanjutan.
Sofiyatun, salah satu peserta, mengaku antusias bisa mengikuti pelatihan ini. Ia menyadari bahwa limbah yang selama ini dibuang ternyata bisa menjadi sumber penghasilan.
“Ini membuka wawasan saya. Ternyata limbah bonggol jagung bisa jadi media tanam jamur yang punya nilai jual,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Pariati, peserta lainnya, yang merasa pelatihan ini memberinya semangat baru untuk memulai usaha kecil.
“Modalnya tidak besar, bahannya juga mudah didapat. Sangat cocok untuk pemuda desa yang ingin berwirausaha,” tuturnya.
Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa inovasi sederhana dari desa bisa menjadi kunci pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan pelatihan berbasis potensi lokal, warga Bojonegoro diajak untuk mandiri, kreatif, dan berdaya.