Karya Indonesia – Klaim Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump , tentang serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran, termasuk situs bawah tanah Fordo, memicu reaksi keras dari berbagai negara dan pemimpin dunia.
Insiden ini menandai eskalasi besar dalam ketegangan antara AS dan Iran, dengan dampak potensial yang bisa meluas ke seluruh kawasan Timur Tengah.
Trump dan Netanyahu: “Perdamaian Melalui Kekuatan”
Trump mengumumkan serangan tersebut melalui platform media sosialnya, Truth Social , dengan nada penuh kemenangan.
Ia menyebut momen ini sebagai “momen bersejarah untuk Amerika Serikat, Israel, dan dunia.”
“Ini adalah MOMEN BERSEJARAH UNTUK AMERIKA SERIKAT, ISRAEL, DAN DUNIA. IRAN HARUS SETUJU UNTUK MENGAKHIRI PERANG INI SEKARANG,” tulis Trump pada Sabtu (21/6).
Pernyataan Trump disambut positif oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu , yang menyebut tindakan tersebut sebagai keputusan berani yang akan mengubah sejarah.
“Keputusan berani Trump akan mengubah sejarah,” kata Netanyahu, dikutip CNBC International . “Trump dan saya sering mengatakan: ‘Perdamaian melalui kekuatan.’ Dan malam ini, Donald Trump dan Amerika menunjukkan kekuatan itu,” tambahnya.
Netanyahu juga menegaskan bahwa serangan ini bertujuan untuk melumpuhkan program nuklir Iran, yang diyakini sedang dikembangkan untuk membuat senjata pemusnah massal.
Kecaman Internasional: Risiko Konflik Global
Namun, tidak semua pihak mendukung langkah agresif AS. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres , mengecam serangan tersebut sebagai eskalasi berbahaya di kawasan yang sudah tidak stabil.
“Risiko konflik ini lepas kendali semakin meningkat dengan konsekuensi yang bisa sangat menghancurkan bagi warga sipil, kawasan, dan dunia,” kata Guterres dalam pernyataan di Instagram resminya.
“Dalam situasi genting ini, sangat penting untuk menghindari spiral kekacauan. Tidak ada solusi militer. Jalan satu-satunya adalah diplomasi. Harapan satu-satunya adalah perdamaian,” tegasnya.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi , mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Melalui platform X , ia menyatakan bahwa Iran menyimpan semua opsi untuk merespons.
“Iran menyimpan semua opsi untuk merespons. Serangan terhadap fasilitas nuklir damai kami adalah pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT),” katanya.
Negara-negara lain seperti Venezuela dan Kuba juga mengecam keras tindakan AS. Menteri Luar Negeri Venezuela, Yvan Gil , menyebut serangan tersebut sebagai agresi militer yang dimotivasi oleh Israel.
“Venezuela menuntut penghentian segera permusuhan dan menegaskan penolakan total terhadap serangan terhadap kompleks Fordow, Natanz, dan Isfahan,” ujar Gil melalui Telegram.
Sementara itu, Presiden Kuba, Miguel Diaz-Canel , menyebut serangan ini sebagai eskalasi berbahaya yang melanggar hukum internasional dan dapat membawa dunia ke dalam krisis yang tak dapat dibalikkan.
“Kami mengecam keras pemboman AS terhadap fasilitas nuklir Iran. Ini adalah eskalasi berbahaya yang melanggar hukum internasional dan dapat membawa dunia ke dalam krisis yang tak dapat dibalikkan,” tulisnya di X .
Seruan untuk Dialog Damai
Beberapa negara menyerukan deeskalasi dan dialog damai untuk menghindari konflik lebih lanjut. Australia , misalnya, menyoroti ancaman nyata dari program nuklir dan rudal balistik Iran namun tetap menyerukan pendekatan diplomatik.
“Kami mencatat pernyataan Presiden AS bahwa sekarang adalah saatnya bagi perdamaian, dan kami menyerukan dialog dan diplomasi,” kata juru bicara pemerintah Australia, seperti dikutip Reuters .
Kementerian Luar Negeri Meksiko juga menyerukan koeksistensi damai di kawasan Timur Tengah. “Kami menyerukan deeskalasi dan pemulihan koeksistensi damai di kawasan Timur Tengah sebagai prioritas utama,” bunyi pernyataan resmi mereka.
Evakuasi WNI dari Iran
Di tengah ketegangan ini, Indonesia terus memantau situasi pasca-serangan AS ke Iran. Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha , mengonfirmasi bahwa 97 Warga Negara Indonesia (WNI) telah dievakuasi dari Iran ke Baku, Azerbaijan.
“Kita terus asesmen situasi pasca-serangan AS ke Iran,” kata Judha melalui pesan singkat kepada media, Minggu (22/6). “Siap untuk evakuasi 97 WNI sudah aman di Baku, Azerbaijan, dan kita terus monitor,” tambahnya.
Respons Dunia Lainnya
Sejumlah negara lain masih menimbang respons atas insiden ini. Korea Selatan , misalnya, dilaporkan akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi tersebut. Ketegangan global ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas internasional saat kekuatan besar seperti AS dan Iran saling berhadapan.
Harapan untuk Diplomasi
Meskipun beberapa pihak mendukung tindakan AS sebagai upaya untuk “mengamankan perdamaian,” banyak yang khawatir bahwa langkah ini justru dapat memperburuk situasi. Para analis memperingatkan bahwa ketegangan ini dapat memicu perang regional yang lebih luas, melibatkan kelompok-kelompok proxy seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.
“Saat ini, yang paling penting adalah mencegah eskalasi lebih lanjut. Jika tidak, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh kedua negara, tetapi juga oleh seluruh kawasan dan dunia,” tutup seorang diplomat senior PBB